"YAYASAN ALKAUTSAR"

LEMBAGA SOSIAL DAN DAKWAH ISLAM JAKARTA - INDONESIA

RINTANGAN DA'WAH

Permasalahan yang menghalangi seorang da'i di tengah medan dakwah adalah permasalahan yang muncul dari dalam dirinya, padahal orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan dapat memberikan sesuatu tersebut. Seseorang yang tidak memiliki kunci, maka sulit baginya untuk masuk. Manusia yang hatinya terkunci sehingga sulit dimasuki oleh dakwah, bagaikan brankas besar yang sebenarnya dapat dibuka hanya dengan kunci yang kecil. Demikianlah persoalannya, yang sesungguhnya kembali kepada diri sang da'i itu sendiri, yakni berhubungan dengan potensi dirinya secara ruhiah, di samping kecekapannya untuk membuat program, serta ketahanan dalam mewujudkannya.

Jika kita telah paham bahwa setan juga membuat program untuk para pengikutnya dengan langkah-langkah yang bertahap (sebagaimana firman Allah,

"Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan." (Al-Baqarah: 168), maka sudah selayaknya seorang da'i juga membuat program dan langkah-langkah dalam mengambil simpati mad'u. Sungguh sangat jauh berbeda antara tujuan setan dengan tujuan orang-orang yang beriman. Allah. berfirman,

"Dan janganlah kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuh kalian). Jika kalian menderita kesakitan (kekalahan), maka mereka sesungguhnya juga menderita kesakitan (pula), sebagaimana kalian menderitanya. Sedangkan kalian mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana. " (An-Nisa ': 104)

Oleh karenanya, seorang da'i harus memperhatikan celah-celah kebaikan yang ada pada orang lain kemudian memupuknya, sehingga celah-celah keburukan yang ada padanya tersingkir dan ia ingin bangkit berdiri melangkah di jalan Islam. Tugas seorang da'i seperti tugas seorang pengajar dan dokter yang akan memberikan obat sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pasiennya. Tidak masuk akal kalau semua pasien diberi obat yang sama, karena penyakit mereka tentu berbeda satu sama lain.

Pengajar dan doktor adalah da'i yang paling berhasil, jika mereka bersedia melakukan pekerjaan itu dengan didasari keimanan kepada Allah dan untuk menegakkan Nya. Didasari oleh alasan inilah, para misionaris dalam memerangi dunia Islam memusatkan perhatian mereka pada universitas dan rumah sakit-rumah sakit, serta menyalurkan berbagai bentuk bantuan.

Tugas pengajar adalah menghayati hati dan pola pikir siswa, lalu membimbing mereka sedikit demi sedikit, sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana, sedangkan tugas dokter adalah menghapus penderitaan pasien dengan kata-kata yang dipenuhi keimanan dan memberikan obat yang sesuai. Mungkinkah seorang da'i mengajak orang lain untuk kembali ke ajaran-ajaran Islam tanpa memberikan kasih sayang kepadanya?

Perilaku dan keteladanan seorang da'i yang ikhlas akan memiliki pengaruh yang lebih besar dari tulisan dan ceramah. Ibarat remote control yang dapat digunakan untuk mentransfer acara TV dari jarak yang jauh tanpa harus memakai kabel, begitu juga dengan seorang da'i yang ikhlas dan penuh kasih sayang. la tidak akan kesulitan memasukkan apa yang ada dalam hatinya ke dalam hati orang lain. Jika tatapan mata yang dipenuhi oleh rasa iri dan dengki itu dapat memberikan mudharat, maka tatapan mata yang dipenuhi rasa iman dan kasih sayang akan menimbulkan cinta dan keimanan.

Dari sini kita dapat mengetahui betapa berharganya pancaindera yang diberikan oleh Allah. ke manusia. Pancaindera adalah bagian penting dari tubuh manusia, sedangkan jasad secara keseluruhan adalah sebagai tempat tinggal bagi indra tersebut. Allah. berfirman,

"Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran, penglihatan dan menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?' Perhatikanlah bagaimana berkali-kali Kami perlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga). " (Al-An'am: 46)

"Katakanlah, 'Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati.'" (Al-Mulk: 23)

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayatayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) lidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka memiliki telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. " (Al-A'raf: 179)

Orang yang tidak mengetahui dan mensyukuri nikmat Allah. berupa pancaindera adalah orang yang tidak mengetahui sumber kehidupan yang sangat besar. Allah. berfirman, "Ataukah seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya lagi awan; gelap gulita yang tindih-menindih, apabila ia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tidaklah dia memiliki cahaya sedikit pun. " (An-Nur: 40)

Dengan kehilangan pancaindera, manusia akan menjadi suatu makhluk yang tidak hidup dan tidak mati. Ia menjadi makhluk yang tidak berguna. Kalau sudah begitu, maka ia tidak akan dapat memberikan pengaruh kepada orang lain, karena alat penerima dan pengirim sudah lidak lagi berfungsi, seperti orang yang tidur di atas ranjang emas tetapi ia tidak menyadarinya, karena pancaindera-nya sedang tidak berfungsi. Manusia yang demikian itu membutuhkan orang yang membangunkan dari tidur-nya yang lelap. Allah. berfirman,

"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan itu ia dapat berjalan di tengah-tengah manusia, serupa dengan orang yang kondisinya dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya?" (Al-An'am: 122)

Marilah kita perhatikan gambaran-gambaran berikut, "Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Bagi mereka siksa yang amat berat." (Al-Baqarah: 7)

"Dan Kami adakan tutup di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Bila kalian menyebut Rabb kalian saja dalam Al-Qur'an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya." (Al-Isra ': 46)

Orang yang tidak menggunakan pancainderanya adalah orang yang hidup dalam "dunia yang tidak nyata", sehingga alam sekitarnya tidak akan melihat dan merasakan keberadaannya, serta tidak akan sedih jika ditinggal pergi. Mereka tidak memahami makna hidup yang sebenarnya, tujuan penciptaan, dan tanggung jawab yang dibebankan. Adapun da'i, ia ibarat qalbu (hati), maka barangsiapa yang tidak memfungsikan hatinya, ia tidak mendapatkan sambutan dari masyarakatnya.

Allah. berfirman, "Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku Iemah lembut terhadap mereka. Jika kamu berlaku keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekelilingmu." (Ali Imran: 159)

Hati yang beriman adalah sumber penggerak, sebagaimana firman-Nya, "Tiada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan seizin Allah. Barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya." (At-Taghabun: 11)

Perasaan dan kasih sayang adalah "bahasa" internasional yang dipergunakan oleh da'i dalam menghadapi seluruh penduduk bumi, hingga orang bisu sekalipun. Karena rahmat Allah-lah Anda berlaku lemah lembut terhadap mereka. Jika kamu berlaku keras lagi kasar, tentulah mereka akan menjauhimu, wahai para da'i. "Bahasa" ini ibarat mata uang yang ditetapkan untuk dipakai oleh setiap negara secara internasional. Dengan "bahasa" inilah, generasi pertama umat ini dapat menaklukkan dunia. Mereka adalah lentera kehidupan. "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orangorang yang memiliki akal atau mempergunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya." (Qaaf: 37)

Oleh karena ltu, barangsiapa tidak mengingat, merasakan, dan terpengaruh oleh keburukan atau keindahan, ia adalah orang yang tidak memiliki hati.

0 comments:

Popular Posts