"YAYASAN ALKAUTSAR"

LEMBAGA SOSIAL DAN DAKWAH ISLAM JAKARTA - INDONESIA

KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA ITU IBADAH PERNIKAHAN MERUPAKAN NIKMAT ALLAH ATAS HAMBA-NYA

Authors
Kehidupan di dunia ini jika tanpa adanya kesenangan yang menunjang, maka akan terasa gersang. Oleh karenanya, pada awal dari pembahasan kitab ini penulis akan membicarakan mengenai kebijaksanaan Allah yang memberikan manusia cenderung terhadap kesenangan. Apabila direnungkan lebih jauh, bahwa kecenderungan (watak) tersebut mampu membebaskan manusia dari segala belenggu kenistaan, tentunya jika diarahkan pada apa yang diridhai oleh Allah. Hal ini bukanlah merupakan tujuan utama. Karena semuanya itu hanyalah sebagai mediator didalam mencapai tujuan yang lebih mulia. Sebab cabang yang bagus tentu berasal dari pondasi (akar) yang bagus pula. Demikian pula dengan kehidupan berumah tangga.

Allah Subhanahu wa Ta 'ala berfirman:

"Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Juga dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau berpikir. " (Ar Ruum 21)

Allah Subhanahu wa Ta 'ala juga berfirman:

"Dialah yang menciptakan engkau dari diri yang satu, dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepada-nya." (Al A'raf 189)

Wanita sering dianggap sebagai hewan peliharaan yang tidak mempunyai derajat sama sekali. Pada saat berlangsungnya mu'tamar di Persia --tepatnya tahun 586-- mereka memproklamirkan diri, bahwa wanita itu juga manusia, bukan hewan dan bukan pula sebagai makhluk yang dicipta-kan untuk mengabdi kepada kaum lelaki.

Kebahagiaan hidup yang bersifat ruhaniah dari seorang suami merupakan kebutuhan yang tidak di dapat kecuali pada diri sang isteri sebagai pasangan hidupnya. Mengenai masalah ini, Al Qur'an berbicara tentang petunjuk dan perasaan halus yang mampu untuk menggetarkan segala kekuatan batin. Begitu pula dengan apa yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'AIaihi wa Sallam sejak 14 abad yang lalu. Disamping itu telah ditetapkan, bahwa wanita merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah Suhanahu wa Ta'ala yang diciptakan dari belahan jiwa pria (pasangannya), bukan dari jiwa yang lain.

Dijadikan sebagai isteri dan bukan sebagai pelayan, sebagaimana firman-Nya: "Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ada-lah, bahwa Dia (Allah) menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri." Adapun tujuan Allah menciptakan isteri adalah supaya sang suami cenderung kepadanya. Karena, cinta dimaksud merupakan persoalan hati dan hanya dengannya manusia memperoleh kebahagiaan hidup di dunia (Al Bahi Al Khulli, hal. 37).

Pada saat resepsi pernikahan dilangsungkan, wanita (isteri) akan berada di sisi suaminya. Setelah itu, ia (sang isteri) akan memasuki kamar dan berkata kepada suaminya, bahwa ia berhutang kepada sang suami dan tidak tahu bagaimana cara membayarnya, walaupun hanya sebagian. Lalu sang suami menjawab, bahwa sebaik-baiknya pembayaran adalah keberadaan sang isteri di sisinya.

Melalui ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta 'ala meletakkan dasar-dasar kehidupan yang penuh dengan perasaan dan kedamaian. Oleh sebab itu, sang isteri pun harus bisa menjadi tempat berlindung (penyejuk hati) bagi sang suami setelah seharian berjuang atau bekerja mencari nafkah dan bersandar kepada kasih sayangnya pada saat merasakan letih yang disebabkan pekerjaan dan usahanya. Seorang isteri hendaknya selalu tampak gembira dan berwajah manis pada saat akan bertemu dengan suaminya. Atau pada saat mendengar pembicaraan suaminya serta berbicara kepadanya dengan lembut dan manis agar dapat mengurangi bebannya.

Hendaknya sang isteri juga dapat selalu berbagi rasa kepada suaminya, agar ia dapat melepas dahaganya akan hubungan seksual dengan segala kecintaan dan kasih sayang. Sehingga hatinya pun akan terhindar dari perbuatan yang diharamkan, terhindar dari kehinaan dan pelampiasan nafsu yang amoral ("Islam dan Kehidupan Biologis", hal. 21-22, karangan, Mahmud bin Syarif)

Untuk itu, dapat kita saksikan bersama bahwa, apakah seorang isteri yang selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan sepanjang harinya akan mampu menunaikan segala kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan sang suami serta mampu meringankan segala kesedihan dan beban pekerjaan suaminya?

0 comments:

Popular Posts