tag:blogger.com,1999:blog-17888872751760417642024-02-21T20:53:10.116+07:00"YAYASAN ALKAUTSAR"LEMBAGA SOSIAL DAN DAKWAH ISLAM
JAKARTA - INDONESIAUst. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.comBlogger101125tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-5400328328758407522011-06-30T06:51:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.006+07:00LARANGAN JANGAN BERSAING DALAM MEMINANG<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://about-islam.co.cc/" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSqrHwIWiUBxYLFVMX5fEaWjkc2GixEnPUGyZC5J7g7fZk-Z6davsFeEaxhr3NOAldaRW8_OW1DYB2ON5MrJo7fRs54JsS_VJhbEtMFZz3c7Q_w5NWfvHcy32cdM_Z4fh8fbq8qnHWY0HY/s200/abi_misay.jpg" width="173" /></a></td></tr><tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Author</b></td></tr></tbody></table><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Allah Subhanahu wa Ta 'ala berfirman di dalam Al Qur'an:</div><div style="text-align: justify;"><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Janganlah kalian melampaui batas, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. " (Al Baqarah 190)</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Allah juga berfirman:</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Dan siapa saja yang menganiaya orang-orang mukmin dan mukminat tanpa adanya kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (Al Ahzab 58)</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Hendaknya salah seorang kamu tidak melamar wanita yang telah dilamar oleh saudaranya, sehingga saudaranya itu menikahi atau meninggalkannya." (HR. Nasa'i dalam Sunan an-Nasa 'i ash-Shughra)</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Al Bahi Al Khauli didalam kitabnya yang berjudul "Al Mar-ah baina Al Bait wa Al Mujtami'" berpendapat, bahwa haram hukumnya melamar seorang wanita jika telah diketahui ada orang lain dari saudaranya sesama muslim yang telah terlebih dahulu melamar wanita tersebut. Karena, hal itu akan dapat memutuskan tali kekeluargaan dan melahirkan permusuhan serta penghinaan terhadap sesama. Bahkan hal tersebut menunjukkan akan kerendahan akhlaq dan rusaknya akal sehat.</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sebab, untuk dapat mengungguli saingannya, ia harus memuji dirinya sendiri dan menghina saingannya, sehingga ia mensifati dirinya dengan keistimewaan dan perasaan riya'. Apabila ia benar didalam mensifati dirinya, maka hal ini juga merupakan kekurangan akibat memuji diri sendiri. Juga pada saat mensifati saudaranya sesama muslim yang menjadi pesaingnya dengan sifat-sifat aib, walaupun hal itu benar adanya, maka sesungguhnya ia telah berbuat ghibah.</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Jika pelamar pertama meninggalkan lamaranya, maka pelamar lain berhak mengajukan lamarannya. Begitu juga jika pelamar pertama adalah seorang fasik. Sebab, hal tersebut dilakukan untuk menyelamatkan wanita muslimah agar tidak jatuh dalam perlindungan (asuhan) orang yang tidak mempunyai semangat agama. Seorang muslim berhak memberikan pilihan dengan seorang yang dipandangnya lebih utama.</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dalam kitab "Jama' Al 'llmi ", karangan Imam Syafi'i yang ditahqiq oleh Ahmad Muhammad Syakir, diriwayatkan, bahwa Fathimah binti Qais berkata; Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata kepadaku: "Jika engkau telah lepas dari masa 'iddah, maka beritahu aku! Ketika ia (Fathimah) menyelesaikan masa 'iddahnya, maka ia memberi tahu Rasululullah bahwa Mu'awiyah dan Abu Jahm melamarnya. Maka Rasulullah berkata: Mu'awiyah itu adalah seorang yang fakir, tidak mempunyai harta. Sedangkan Abu Jahm adalah seorang yang tidak bisa melepaskan tongkat dari pundaknya. Untuk itu, menikahlah dengan Usamah bin Zaid. Mendengar ucapan beliau tersebut, Fathimah bersikap dingin. Kemudian Rasulullah berkata kembali: Menikahlah dengan Usamah! Kemudian ia pun menikahinya. Lalu Allah menjadikan kebaikan pada diri Usamah dan berbahagialah mereka berdua" (HR. Imam Asy Syafi'i didalam risalah Al 'Umm. Juga oleh Imam Ahmad dan penulis kitab hadits yang enam, kecuali Bukhari). </span></div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-48048172861386252222011-06-29T06:46:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.006+07:00TES KESEHATAN SEBELUM PERNIKAHAN DILANGSUNGKAN<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://about-islam.co.cc" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSqrHwIWiUBxYLFVMX5fEaWjkc2GixEnPUGyZC5J7g7fZk-Z6davsFeEaxhr3NOAldaRW8_OW1DYB2ON5MrJo7fRs54JsS_VJhbEtMFZz3c7Q_w5NWfvHcy32cdM_Z4fh8fbq8qnHWY0HY/s200/abi_misay.jpg" width="173" /></a></td></tr><tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Author</b></td></tr></tbody></table><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:</span><br /><br /><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Jauhilah para penderita kusta, sebagaimana engkau menjauhi singa." (HR. Ahmad)</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Beliau juga bersabda:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Hendaknya bagi orang yang sedang menderita suatu penyakit tidak mengunjungi (mendatangi) orang yang sehat." (HR. Bukhari)</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Kedua hadits tersebut mengisyaratkan agar bersikap waspada terhadap penyakit menular yang membahayakan. Saat ini, kebanyakan negara modern menetapkan peraturan wajib memeriksa kesehatan sebelum proses pernikahan dilangsungkan. Sedangkan Islam sudah sejak 14 abad yang lalu (lebih dahulu) menganjurkannya.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Sangat disayangkan bahwa tes kesehatan ini disepelekan oleh kebanyakan dokter dan ditinggalkan oleh kebanyakan pasangan suami isteri. Justru hal ini menyebabkan dampak negatif bagi kedua pasangan tersebut dan keturunannya nanti. Diantara petunjuk agama bagi setiap calon pasangan adalah tidak diperkenankan menikah jika salah satu dari pasangannya menderita penyakit menular, sebagaimana dipahami dari hadits sahih berikut ini:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Tidak sempurna iman salah seorang diantara kalian sehingga mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Dr. Wajih Zainal Abidin dalam risalahnya yang berjudul "Al Islam wa At Tarbiyah Al Jinsiyah" berpendapat, bahwa hadits yang berbunyi "Laa Dharara walaa Dhirara " berarti menyelidiki dan menjauhkan bahaya dari wanita dan laki-laki yang shalih. Bahkan wajib kiranya — dalam undang-undang Islam — memeriksa calon suami isteri sebelum mereka melangsungkan pernikahan, khususnya untuk mengetahui tingkat kesuburan rahim wanita serta kesehatan dari sperma yang dimiliki oleh laki-laki. Begitu juga dengan memeriksa keduanya (laki-laki dan perempuan) dari penyakit menular yang membahayakan, impotensi, kemandulan dan kelainan psikis lainnya.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Sedangkan syarat terpenting bagi laki-laki untuk menikah adalah kemampuannya untuk memberikan hak bagi pasangannya didalam pernikahan, sebagaimana dipahami dari hadits berikut ini (yang artinya: "Barangsiapa telah memiliki kemampuan, maka menikahlah."</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Kata "Al Ba 'ah" di sini berarti kemampuan menyediakan tempat tinggal dan segala keperluan menikah. Juga berarti kemampuan biologis (Lebih lanjut mengenai hal ini dapat dilihat didalam kitab "Al Muhith ", karangan Fairus Abaya).</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><i><b>Pemeriksaan Golongan Darah Suami Isteri</b></i></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Ada empat kemungkinan yang akan terjadi pada pasangan suami isteri jika ditinjau dari golongan darahnya:</div><ul style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><li>Golongan darah keduanya positif.</li><li>Golongan darah keduanya negatif.</li><li>Golongan darah isteri positif, sedangkan golongan darah suami negatif. Tiga kemungkinan golongan darah ini kita anggap sejenis dan berkesesuaian.</li><li>Golongan darah isteri negatif, sedangkan golongan darah suami positif. Dalam keadaan ini, tidak ada persesuaian antara golongan darah suami maupun isteri. Namun, sangat langka (jarang ditemukan) kemungkinan yang terjadi bahwa anak akan mewarisi golongan darah bapaknya, yakni positif dan lahir dari ibu yang bergolongan darah negatif. Hal tersebut merupakan jenis-jenis yang berlawanan dalam darahnya, akibat ia mengandung janin yang bergolongan darah positif. Sang ibu akan menyempurnakan kelahiran pertama dengan sifat pembawaan dari anak pertama. Namun, pada kehamilan yang kedua dan seterusnya, janin terkadang cacat. Karena, mewarisi darah positif dari sang bapak dan dari jisim yang berlawanan, yakni tercipta dalam darah ibu yang negatif.</li></ul><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Menurut hemat penulis, komplikasi yang ada pada anak ketiga lebih banyak dari anak kedua. Sedangkan anak kedua juga lebih banyak dari yang pertama. Begitulah dampak bertambahnya hubungan jisim-jisim yang berlawanan pada setiap kehamilan. Akan tetapi, komplikasi semacam ini jarang terjadi. Karena hikmah Allah, bahwa darah janin tidak bercampur dengan darah ibu, kecuali dalam keadaan tertentu yang sangat jarang terjadi.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Kemungkinan terjadinya komplikasi ini tidak lebih dari 10%. Kalaulah terjadi, kita bisa melakukan operasi yang tidak terlalu sulit untuk merubah darah anak pada saat-saat pertama setelah kelahiran, seandainya dimungkinkan.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><i><b>Pemeriksaan Jumlah Sel Sperma dan Selnya yang Hidup</b></i></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Menurut ketentuan yang berlaku, jumlah sel sperma yang di miliki oleh laki-laki tidak kurang dari 4 Juta/mili dan ketika terjadi orgasme, sel-sel yang hidup berjumlah tidak kurang dari 65%. Apabila setelah diadakan pemeriksaan ternyata tidak sampai pada target, bahkan cenderung kurang sekali (mandul), maka dapat segera dilakukan pengobatan kedokteran (secara medis) untuk meningkatkan kualitas sel-sel sperma serta jumlahnya. Pengobatan semacam itu sudah banyak dan mudah ditemukan pada masa sekarang ini.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><i><b>Pemeriksaan Kelenjar Prostat (Gondok)</b></i></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Pemeriksaan kelenjar gondok dimaksud adalah untuk memastikan tidak adanya peradangan, baik pada diri calon suami maupun pada diri calon isteri. Karena, hal itu dapat menyebabkan menurunnya kasih sayang bagi suami/isteri.</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-38545098588610350582011-06-28T06:42:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.006+07:00KEWAJIBAN MELIHAT PELAMAR DAN YANG DILAMAR<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://about-islam.co.cc" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSqrHwIWiUBxYLFVMX5fEaWjkc2GixEnPUGyZC5J7g7fZk-Z6davsFeEaxhr3NOAldaRW8_OW1DYB2ON5MrJo7fRs54JsS_VJhbEtMFZz3c7Q_w5NWfvHcy32cdM_Z4fh8fbq8qnHWY0HY/s200/abi_misay.jpg" width="173" /></a></td></tr><tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Author</b></td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Pernah aku bersama Nabi, lalu datanglah seorang laki-laki hendak memberitahukan kepada Nabi bahwa ia akan menikah dengan salah seorang wanita dari kaum Anshar. Maka Nabi bertanya kepadanya: Sudahkah engkau melihatnya? Ia menjawab: Belum. Maka beliau berkata: Lihatlah! Karena, di mata kaum Anshar ada sesuatu." (HR. Muslim, Nasa'i dan Thabrani)</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dalam kaitannya dengan pembahasan tentang kewajiban melihat pelamar dan yang dilamar, ada baiknya kita juga memperhatikan bahaya negatif yang banyak terjadi dikalangan keluarga muslim, yakni pergaulan yang di haramkan sebelum akad nikah dengan tujuan sebagai pengalaman dan percobaan. Karakter pergaulan semacam itu dapat kita jumpai pada kitab yang berjudul "Munkiraat AlIfraah ". Penulis menukil keterangan ini dari kitab tersebut.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Semoga peringatan ini menjadikan para orang tua lebih waspada dan berhati-hati terhadap peradaban yang menipu, yang sungguh tidak memiliki keistimewaan apa-apa. Dengan menamakannya sebagai peradaban beserta taklid buta yang tidak sesuai dengan agama, juga akhlak kita, maka ketahuilah; bahwa pergaulan diantara dua calon pengantin dengan tujuan mencari pengalaman sebelum menikah adalah perbuatan yang sangat membahayakan.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sementara dari pihak wali seolah melepaskan kendali pada individu yang belum mengenali seluk beluk kehidupan itu. Sehingga semakin sem-purna keburukan pergaulan itu tanpa adanya pengawasan dari rasa penye-salan, kerabat maupun terlepas dari kendali agama. Disanalah keduanya mendekati petaka dan menjadi santapan empuk bagi binatang buas (dalam hal ini nafsu syahwat) dengan mengatas namakan kebudayaan. Artinya, pihak terkait (wali) juga ikut berperan untuk menodai lembaran-lembaran bersih setiap harinya dengan pergaulan yang keji dan melanggar hak-hak wanita, sehingga menjadi kebiasaan yang tidak lagi dapat ditolelir.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Setelah puas ular mereguk aroma kenikmatan, tentulah ia akan merasa bosan. Karena, hal-hal yang dikuasai itu membosankan dan hal yang paling disenangi oleh manusia adalah hal-hal terlarang, maka ia pun meninggal-kan noda. Dengan tabi'at jahat yang ada dalam dirinya, maka ia berusaha untuk mencari mangsa baru. Dari sinilah meluas kenistaan dan rusaklah citra perkawinan. Hal tersebut menjadikan seorang pemuda tidak lagi ter-tarik pada ikatan perkawinan. Karena, ia bisa mendapatkan kebutuhan biologis tanpa harus menanggung beban-beban perkawinan.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Juga dari sinilah seorang pemuda berpaling menuju perbuatan yang diharamkan oleh Allah. Hal ini dikarenakan kebudayaan semu yang membebani hidup mereka dan untuknya mereka dengan sukarela meninggalkan budaya, agama dan kehormatan. Sesungguhnya Islam memperingatkan dua orang yang bukan muhrim untuk tidak berkhalwat (berduaan ditempat yang sepi), karena syaitan bersama keduanya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya: "Aku tidak meninggalkan —sesudahku— fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki, selain kaum perempuan (wanita)."</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Islam memperbolehkan bagi peminang jika bersungguh-sungguh dan menyediakan segala sarana yang diperlukan untuk menikah dengan melihat wajah serta kedua telapak tangan, juga mengutus seseorang (perempuan lain) untuk mengetahui kepribadian dan akhlak wanita yang dipinang serta watak keturunannya. Karena, watak sang bapak biasanya menurun kepada anaknya.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Adapun jika hal-hal tersebut sampai pada taraf diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta 'ala, maka akan mendatangkan aib dan kerusakan. Manusia tidak akan menemui kebahagiaan, kecuali dengan menempuh jalan kembali kepada ketentuan yang diajarkan oleh syari'at dan membatasi pergaulan lawan jenis, yang masing-masing berbuat pada bidangnya tanpa melampaui batas.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Pengalaman empirik memberikan nasihat, bahwasanya seorang lelaki lebih merindukan dan mencintai wanita justru ketika wanita itu berada jauh darinya dan diasingkan dari pergaulan bebas serta terjaga —dengan memakai jilbab— dari pandangan jalang kaum lelaki.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Adapun alasan yang digunakan sebagai pendukung dari hadits Abu Hurairah diatas adalah hadits sahih berikut ini:</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Lihatlah perempuan yang hendak engkau pinang. Karena, hal itu dapat menjaga kerukunan diantara kalian berdua." (HR. Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah dengan sanad sahih)</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Maksudnya, dapat menjadikan pengikat atas cinta dan kasih sayang. Menurut Imam Ibnul Qayyim, bahwa yang dimaksud dengan makna kalimat "An Yu-dama Bainakuma" adalah cocok, sesuai atau serasi. Jika pertemuan keduanya sudah terwujud dan tidak ada keselarasan serta pertalian diantara keduanya, maka tidak akan kokohlah cinta. Bahkan mungkin tiada perasaan cinta sama sekali. Karena, keserasian diantara pasangan suami isteri itu adalah salah satu penyebab yang cukup kuat bagi terwujudnya cinta kasih.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Hal yang menyedihkan adalah banyaknya dari para wali yang memperkenankan peminang untuk melihat calon pasangannya hanya melalui foto yang pengambilan gambarnya justru dilakukan oleh ajnabi (orang yang bukan muhrim). Ini semua merupakan akibat dari meninggalkan sunnah Nabi dan berpegang pada tradisi yang salah.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Jika salah seorang diantara kalian melamar seorang wanita seraya mampu melihat hal-hal yang menggugah hati untuk segera menikahi wanita itu, maka laksanakanlah." (HR. Abu Dawud, Thahawi, Imam Ahmad didalam musnadnya, Ibnu Majah dan dinyatakan sebagai hadits sahih)</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dalam sabda beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang lain dikemukakan:</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Jika salah seorang diantara kalian hendak melamar perempuan, maka diperbolehkan melihatnya —jika melihatnya hanya untuk meminangnya—, walaupun si wanita itu tidak mengetahuinya." (HR. Thahawi dan Ahmad didalam musnadnya dengan status sahih)</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sebagian sahabat memberlakukan hadits ini, yang diantaranya adalah Muhammad bin Musallamah Al Anshari. Sahl bin Abi Hatsmah berkata: "Aku melihat Muhammad bin Musallamah mengikuti Butsainah binti Dhahhak diatas tandu." Dengan penuh kehati-hatian aku bertanya: "Bagaimana engkau melakukan hal itu, sedangkan engkau adalah seorang sahabat Nabi?" Maka ia pun menjawab: "Aku pernah mendengar, bahwa beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya: "Apabila terdetik dihati seorang laki-laki untuk melamar seorang perempuan, maka tiada salahnya untuk melihat perempuan dimaksud" (HR. Abu Hurairah, Thahawi dan Ahmad didalam musnadnya).</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Para ulama fiqih berbeda pendapat mengenai batasan yang diperbolehkan untuk melihatnya. Sebagian madzhab membatasi pada wajah dan ke-dua telapak tangan, dimana batasan ini tidak ada hujjahnya dan mengesampingkan pemahaman sahabat.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ada baiknya dalam kaitan ini penulis menyebutkan (untuk mengingat) perbuatan Nabi Sulaiman 'Alaihissalam ketika membangun istana dengan tujuan untuk melihat kedua betis dari Ratu Balgis. Sungguh Nabi Sulaiman 'Alaihissalam hendak menikahinya. Ketika Ratu Balqis melihat istana, ia mengira bahwa yang dilaluinya itu adalah kolam air, sehingga ia menyingkapkan kain yang ia kenakan dan terlihatlah kedua betisnya. Maka dilihatlah kedua betis Ratu Balgis oleh Nabi Sulaiman dan kemudian beliau menikahinya.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Di sini timbul pertanyaan, jika syar'i (pembuat hukum, Allah) men-tolelir kaum lelaki untuk melihat wanita sebelum menikah, apakah wali berhak memperlihatkan puterinya tanpa batasan hijab yang juga bersifat syar'i. Menurut hemat penulis, —Wallahu A'lam— boleh, selama pelamar melihat dalam batasan yang wajar, walaupun si wanita tidak mengetahuinya.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ibnul Qayyim didalam kitabnya "Tahdzib As Sunan" Juz. III, hal. 25-26 menyebutkan: "Bahwa Abu Dawud memperbolehkan melihat seluruh tubuh wanita." Adapun menurut Imam Ahmad terdapat tiga riwayat. Pertama, boleh melihat hanya telapak tangan dan wajah. Kedua, melihat anggota tubuh yang biasa tampak seperti betis, lutut dan semisalnya. Ketiga, boleh melihat seluruh tubuhnya (dengan busana tentunya, Ed.).</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ibnu Qudamah dalam kitab "Al Mughni" Juz. VII, hal. 454 menyebutkan alasan diperbolehkannya melihat anggota badan yang biasa tampak. Yaitu, ketika Nabi memperbolehkan melihat wanita yang hendak dilamar (dipinang) tanpa sepengetahuannya. Berarti, beliau mengizinkan melihat anggota tubuh yang biasa tampak karena tidak mungkin memfokuskan pandangan pada wajah yang disertai dengan tampaknya anggota tubuh lainnya.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sebagaimana diperbolehkan seorang lelaki melihat wanita yang akan dinikahinya, maka begitu juga hendaknya seorang wali melihat agama, akhlak dan keadaan lelaki yang meminang untuk kepentingan anaknya. Karena, sesudah menikah nanti, maka kebebasan anaknya akan dibatasi dengan sebab pernikahannya itu. Jika dinikahi oleh seorang suami yang fasiq atau penyebar (pembuat) fitnah, maka berarti sang wali telah mencelakai diri dan anaknya ("Minhaj Al Qashidin", hal. 71).</span></div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-80102014240517257052011-06-27T06:33:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.006+07:00MEWASPADAI HAL-HAL ZHAHIR YANG MENIPU<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://about-islam.co.cc/" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSqrHwIWiUBxYLFVMX5fEaWjkc2GixEnPUGyZC5J7g7fZk-Z6davsFeEaxhr3NOAldaRW8_OW1DYB2ON5MrJo7fRs54JsS_VJhbEtMFZz3c7Q_w5NWfvHcy32cdM_Z4fh8fbq8qnHWY0HY/s200/abi_misay.jpg" width="173" /></a></td></tr><tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Author</b></td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Allah Subhanahu wa Ta 'ala berfirman di dalam Al Qur'an:</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Seolah-olah mereka laksana kayu yang tersandar. " (Al-Munafiqun: 4)</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Telah diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Ada seorang laki-Iaki mendatangi Nabi. Lalu beliau berkata kepada para sahabat: Apa pendapat kalian tentang lelaki ini? Para sahabat menjawab: Ia lelaki merdeka yang jika meminang, maka pinangannya tidak akan ditolak dan jika memberi pertolongan, maka sudah selayaknya ia melakukan hal itu dan jika berkata, maka apa yang dikatakannya sudah pasti akan didengar. Kemudian Nabi terdiam. Lalu datanglah seorang kerabat dari golongan fuqara dan Nabi pun bertanya kembali (kepada para sahabat): Apa pendapat kalian tentang lelaki ini? Lalu para sahabat menjawab: Ia lelaki merdeka yang jika meminang, maka pinangannya belum tentu akan diterima, jika memberi pertolongan, maka sesungguhnya ia tidaklah pantas memberi pertolongan dan jika berbicara, tidak akan didengar. Maka Rasul bersabda: Lelaki ini lebih baik dari seluruh bumi dan isinya." (HR. Bukhari)</span></div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-40285143234798627522011-06-26T06:27:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.007+07:00WANITA YANG MENGAWINI PRIA YANG PEZINA ADALAH PEZINA<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://about-islam.co.cc/" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSqrHwIWiUBxYLFVMX5fEaWjkc2GixEnPUGyZC5J7g7fZk-Z6davsFeEaxhr3NOAldaRW8_OW1DYB2ON5MrJo7fRs54JsS_VJhbEtMFZz3c7Q_w5NWfvHcy32cdM_Z4fh8fbq8qnHWY0HY/s200/abi_misay.jpg" width="173" /></a></td></tr><tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Author</b></td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Allah Subhanahu wa Ta 'ala berfirman di dalam Al Qur'an:</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawinkan melainkan dengan laki-laki yang berzina atau lakilaki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin. " (An Nuur 3)</span><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat, bahwa akad nikah tidaklah sah apabila (akad tersebut) datang dari laki-laki yang baik untuk perempuan pelacur, selama perempuan tersebut belum bertaubat. Akan tetapi, akad nikahnya menjadi sah jika ia telah bertaubat. Demikian pula pernikahan perempuan baik-baik dengan laki-laki lacur tidaklah sah, kecuali ia (lakilaki) telah bertaubat. Hal ini sebagaimana dijelaskan pada penghujung ayat dari firman Allah di dalam surat An-Nuur tersebut di atas.</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Imam Ibnu Katsir berpendapat, bahwa haram hukumnya menikah dengan pelacur atau menikahkan wanita baik-baik dengan laki-laki lacur (fajir).</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Yang sangat disesalkan dari kebanyakan keluarga Muslim, dimana mereka jarang sekali mengambil atau menjadikannya sebagai suatu pelajaran atau peringatan yang sangat berharga. Apabila diperingatkan bahwa calon menantunya adalah pezina, dengan geram sang kerabat yang dilamar pun membantah seraya mengatakan: "Daun sebuah pohon tidak akan bergoyang kecuali ditiup oleh angin yang menggoyangnya." Demikian pula jika diberitahukan bahwa sang calon menantu tidak pernah shalat atau senang meminum minuman keras, maka mereka pun menjawab: "Ia tidak tahu akan hal itu karena masih muda dan Allah akan menghapuskan kesalahannya." Apabila dikatakan bahwa sang calon, akhlaq dan aqidahnya jelek, maka mereka pun tidak akan mempedulikannya. Namun, apabila dikatakan bahwa ia (calon menantu) sangat sederhana, maka dengan spontan mereka menolak, sekalipun sifat dan perilakunya baik serta berasal dari keturunan yang baik pula.</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Celaka! Sungguh celaka bagi wanita muslimah yang memiliki suami seperti itu. Sebab, masa depannya terancam dan kehidupan suami-isteri pun dihadapkan pada suatu kerusakan yang menanti. Adapun fitnah yang akan melanda terhadap isteri yang dinikahi oleh seorang pezina adalah berupa kerusakan moral serta agama dan kehidupannya akan merugi serta celaka.</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Abu Nu'aim menceritakan ketika Abu Thalhah melamar Ummu Salim, dimana sebelum Ummu Salim menerima lamarannya, ia berkata: "Sebetulnya aku senang kepadamu, tapi sayang kamu orang kafir sedangkan aku wanita muslimah. Pernikahanku denganmu tidak akan sah." Abu Thalhah pun bertanya: "Apa kebijaksanaanmu wahai Romso (nama sindiran?" Ummu Salim menegaskan: "Apa kebijaksanaanku?" Abu Thalhah melanjutkan: "Mana yang kamu pilih, kuning atau putih (bujukan dengan emas dan perak)?" Ummu Salim menjawab: "Aku tidak akan memilih baik kuning ataupun putih. Sesungguhnya engkau telah menyembah dzat yang tidak bisa mendengar, melihat dan tidak akan menjadikan kamu seorang yang kaya. Apa tidak malu menyembah pohon kayu, yang mana kayu tersebut dijadikan sebagai penghangat (api unggun) oleh suatu kelompok? Jika engkau masuk Islam, maka itu adalah sebagai mahar dari perkawinanku denganmu. Aku tidak menginginkan mas kawin selain daripada itu." Lalu Abu Thalhah bertanya: "Kepada siapa aku mengislamkan diriku wahai Romso (Ummu Salim)?" Ummu Salim menjawab: "Kepada Rasulullah." Maka Abu Talhah pun pergi menemui Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan ia pun menyatakan diri masuk Islam. </span></div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-31382656221077429772011-06-25T06:21:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.007+07:00LIKU-LIKU PERKAWINAN<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://about-islam.co.cc/" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSqrHwIWiUBxYLFVMX5fEaWjkc2GixEnPUGyZC5J7g7fZk-Z6davsFeEaxhr3NOAldaRW8_OW1DYB2ON5MrJo7fRs54JsS_VJhbEtMFZz3c7Q_w5NWfvHcy32cdM_Z4fh8fbq8qnHWY0HY/s200/abi_misay.jpg" width="173" /></a></td></tr><tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Author</b></td></tr></tbody></table><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><b>MEMILIH PASANGAN HIDUP YANG SHALIH / SHALIHAH</b><br /><br />Tergesa-gesa di dalam menentukan pasangan hidup tanpa meneliti terlebih dahulu, merapakan problema yang akan berakibat kepada bencana. Berapa banyak pemuda pemudi yang hanya memperhatikan masalah materi saja, terjebak ke dalam berbagai masalah dan pada akhirnya menjadikan penyesalan.<br /><br />Di Barat, pada salah satu dari universitas yang cukup dikenal, ada yang khusus memberikan program tentang pengobatan masalah-masalah kejiwaan. Dengan itu, pemuda pemudi disana dapat mengambil hikmah, khususnya yang berkenaan dengan pasangan hidup, agar tidak gegabah dan tergesa-gesa di dalam menentukan pasangan hidupnya.<br /><br />Seandainya universitas yang terdapat di negeri ini menetapkan metode tersebut untuk menyelamatkan para pemuda/i, niscaya akan sangat membantu mereka dalam meredam gejolak kerusakan moral. Islam sangat menekankan perhatian di dalam masalah pasangan ini. Karenanya, Islam sangat menganjurkan bagi umatnya agar meneliti calon pasangannya terlebih dahulu dari berbagai segi. Baik dari akhlaq, agama maupun perilaku kesehariannya, sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat-ayat Al Qur'an dan hadits berikut ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:<br /><br />"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu serta orang-orang yang layak (untuk menikah, kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki maupun hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (An Nuur 32)<br /><br />Ayat ini mensyaratkan adanya persesuaian (keserasian) di dalam perkawinan, dimana kesemuanya itu dimaksudkan untuk tujuan bagi kemaslahatan. Yaitu agama, budi pekerti dan mampu untuk menikah. Karena Allah telah menentukan, bahwasanya akan ada orang yang berusaha untuk menanyakan tentang status sosial di dalam sebuah perkawinan. Perkataan siapakah yang lebih benar dibandingkan dengan firman Allah.<br /><br />Sedangkan yang dimaksud dengan keserasian pada ayat tersebut adalah berpegang teguh kepada agama dan ajarannya. Adapun yang menjadi pokok adalah ilmu. Karena, ilmu merupakan khasanah yang tidak terbatas. Sementara yang dimaksud dengan ilmu disini adalah mempelajari Al-Qur'an dan As-Sunnah serta mengamalkan apa yang terkandung di dalam kedua-nya di kehidupan sehari-hari.<br /><br />Adapun keturunan serta harta yang serasi bukanlah menjadi ukuran dalam agama Islam. Sebagaimana disebutkan di dalam sebuah riwayat, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah menikah-kan sepupunya dengan Zaid bin Haritsah. Disamping itu, Abdurrahman juga pernah menikahkan saudara perempuannya dengan Bilal Al Habasyi dan Abu Hudzaifah juga menikahkan Salim dengan Hindun binti 'Utbah bin Rabi'ah, sedangkan Hindun pada saat itu merupakan pemimpin wanita dari kaum Anshar.<br /><br />Ibnu Abi Malikah berkata, yang dinukil dari kitab "AdDiin Al Khaalish ", hal. 428, jilid 4 mengenai adzan di atas Ka'bah pada hari kemenangan kota Makkah. Sebagian dari penduduk Makkah pada saat itu berkomentar: "Apakah hari ini hari raya, hingga harus adzan diatas ka'bah?" Adapun sebagian yang lain berkomentar: "Sesungguhnya Allah murka dengan apa yang terjadi pada hari ini." Maka turunlah firman Allah yang berbunyi:<br /><br />"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang termulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa di antara kamu." (Al Hujurat 13)<br /><br /><br />Diriwayatkan oleh Ibnu Al Mundzir, Ibnu Abi Hatim dan Baihaqi di dalam kitab "AdDalaail".<br /><br />Diriwayatkan dari Az Zuhri, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Kfl Sallam memerintahkan Bani Bayadah supaya menikahkan wanita dari golongan mereka dengan Abu Hindun. Mereka menjawab: "Apakah kami harus menikahkan anak-anak perempuan kami kepada pemimpin kami, wahai Rasulullah? Maka turunlah ayat tersebut." Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitabnya "Al Maraasil", Ibnu Marduwiyah dan Baihaqi di dalam kitab sunannya.<br /><br />Imam Az Zuhri berpendapat, bahwa ayat tersebut turun bagi Abu Hindun saja. Sedangkan menumt riwayat yang datang dari Umar bin Khaththab, bahwasanya ayat ini turun di Makkah dan ditujukan khusus bagi orangorang Arab secara keseluruhan.<br /><br />Sebagian orang ada yang menanyakan: "Bagaimana pernikahan bisa harmonis antara orang yang kaya dan wanita yang miskin atau sebaliknya. Sedangkan mereka sangat berbeda dalam kebiasaan yang akhirnya membedakan mereka dari segi tabi'at dan bisa menjadikan perceraian di antara rnereka." Penulis menjawab: "Sesungguhnya Islam menyatukan suami-lsteri itu baik dari segi tradisi maupun kesenangan, sehingga mereka men-jadi satu rangkaian yang tak terpisahkan, selama perintah dan larangan agama masih berkaitan dengan mereka berdua. Dengan adanya sebab inilah perbedaan serta perselisihan di antara mereka bisa diredam, sekalipun per-bedaan dimaksud adalah antara si kaya dan si miskin. Sehingga apa yang telah menjadi kemufakatan bersama, baik dalam pengertian maupun per-hatian menjadi sempurna.<br /><br />Salah seorang cendekiawan dari Barat mengatakan: "Bahwasanya orang Islam yang berasal dari negara Hindustan hidup bertetangga dan berdampingan dengan orang Arab, tanpa harus memandang adanya perbedaan di antara keduanya. Semua itu berdasarkan pada apabila kedua dari penganut agama Islam itu selalu berpegang teguh dengan apa yang diyakininya. Yang karenanya akan menjadikan mereka berkerabat dalam satu perjanjian dan menyatukan mereka dalam satu rangkaian serta terhindar dari per-selisihan (perbedaan)." Contoh seperti ini saat sekarang telah banyak hilang dari benak kaum muslimin, disebabkan mereka telah menjauh dari tradisi Islam dan mereka mengikuti gaya hidup orang-orang yang tidak bermoral. Sehingga mereka cenderung untuk hidup di bawah belas kasihan orangorang yang lebih kaya dari mereka.<br /><br />Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda:<br /><br />"Apabila seseorang yang agama dan akhlaknya baik melamar kepadamu, maka hendaknya kamu nikahkan ia dengan anakmu. Jika kamu tidak melaksanakannya, niscaya akan menjadi fitnah di muka bumi dan bencana yang meluas." (HR. Tirmidzi dengan sanad sahih)<br /><br />Perintah yang dimaksud oleh hadits di atas adalah, seandainya tidak ada perkawinan setelah terjadinya lamaran tersebut, maka akan merebaklah suatu bencana berupa kerusakan serta kebejatan akhlak. Sebab itulah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga pernah bersabda yang artinya: "Jika kalian tidak segera melakukan pernikahan setelah adanya lamaran, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di atas bumi ini."<br /><br />Sebab, kebanyakan manusia selama tidak melakukan pernikahan, maka tidak akan selamat dari godaan serta bahaya, kecuali dengan taqwa, menjaga pandangan serta keteguhan jiwa. Hanya dengan cara inilah segala macam godaan syaitan bisa ditepis. Sebab, tanpa adanya pernikahan, maka akan cenderung untuk menimbulkan adanya gejolak dalam hati, sedangkan hati merupakan rnodal utama untuk menunjukkan seseorang ke jalan yang diridhai oleh Allah. Karena, hati yang selalu sibuk atau yang senantiasa tertuju kepada Allah merupakan suatu langkah menuju kebaikan daripada berbagai bentuk kebaikan yang ada.<br /><br />Jika seorang isteri buruk di dalam beragama, niscaya akan memporakporandakan harta benda sang suami dan berpotensi untuk menyebabkan kemuliaannya menjadi jatuh serta kehidupannya pun tidak akan harmonis. Apabila seorang suami mengetahui kebejatan sang isteri, kemudian ia tidak berusaha untuk memperbaikinya, maka hal seperti itu sama saja dengan sang suami merestuinya. Sebab, ini sangat bertentangan dengan firman Allah yang artinya: "Jagalah diri dan keluargamu dari siksa api neraka." Oleh sebab itulah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sangat menekankan tentang masalah agama ini kepada kita. Sebagaimana sabda beliau yang artinya: "Hendaklah kalian melihat agamanya, niscaya kalian akan bahagia."<br /><br />Sesungguhnya agama merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam pandangan syari'at Islam. Sebab, isteri/suami yang baik agamanya dapat membantu di dalam melaksanakan pendidikan terhadap anak-anak. Jika tidak, maka keduanya akan semakin jauh dari nilai-nilai agama, bahkan bisa mencelakakan kehidupan rumah tangga mereka.<br /><br />Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda:<br /><br />"Perempuan itu dinikahi karena empat perkara. Yaitu, karena hartanya, keturunannya, kecantikan, dan agamanya, namun nikahilah karena agamanya (jika tidak), niscaya kamu sengsara." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan An Nasa'i)<br /><br />Sesungguhnya agama merupakan hal yang sangat penting di dalam membina kehidupan berumah tangga. Sebab suami yang senantiasa taat kepada perintah agama dan menjauhi larangan-Nya akan menjadi suami yang baik bagi sang isteri dan dapat dipercaya. Begitu juga dengan seorang isteri yang shalihah, dimana ia akan selalu menjaga kehormatannya, sangat perhatian dengan rumah tangganya, pendidikan anak-anak serta menjaga hak-hak suaminya. Karena agama merupakan penengah di antara dua kekuatan, yaitu amarah dan syahwat. Dengan agama, segala kejahatan serta kerusakan moral akan cepat terobati. Agama adalah sesuatu, sementara berlebih-lebihan di dalam agama merupakan sesuatu yang lain. Ali bin Abi Thalib pernah berkata: "Sebaik-baik umat adalah kelompok yang tengahtengah (yang sedang), sebagai rujukan dari kelompok yang berlebih-lebihan serta sebagai panutan bagi generasi berikutnya."<br /><br />Seperti diketahui dalam suatu keluarga, jika sang suami lupa akan hak dari isteri maupun keluarga, yaitu dengan menghabiskan waktunya untuk beribadah, siang berpuasa dan malam melaksanakan shalat malam, maka hal itu bisa mengakibatkan keluhan bagi sang isteri. Begitu juga sebaliknya, sang suami akan mengeluhkan isterinya yang selalu menghabiskan waktunya dengan beribadah, sehingga mengabaikan kewajiban terhadap suami dan anak-anaknya. Dua contoh tersebut akan menjadi bencana bagi keduanya. Sedangkan cara yang dapat dianggap efektif adalah mengambil jalan tengah, yaitu beribadah (dalam hal ini shalat dan puasa, Ed.) secukupnya saja.<br /><br />Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, bahwa Ibnu Amr bin ' Ash melakukan puasa selama satu tahun. Pada saat Nabi mengetahui akan hal itu, maka beliau pun memanggilnya seraya bersabda: "Jika kamu memang harus berpuasa, maka berpuasalah seperti apa yang dilakukan oleh saudaraku, yaitu Nabi Dawud'Alaihissalam, berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Itu merupakan kebaikan bagimu jika kamu mengetahui. Yaitu, bahwasanya badan kamu itu mempunyai hak atas diri dan keluargamu, yang juga mempunyai hak atas dirimu" (dikutip dari kitab "Al Uzmatu Az Zaujiyah wa 'Alaajiha ", karangan Dr. Muhammad Zaki Syafi'i, hal. 27-37)<br /><br />Kecantikan bukannya tidak dibutuhkan, akan tetapi hal itu bukan merupakan tujuan utama di dalam mencari pasangan hidup, sebagaimana penjelasan pada hadits Nabi yang artinya: "Lihatlah kepadanya. Karena sesungguhnya dengan melihatnya itu akan bisa melanggengkan ikatan di antara kalian berdua." Hadits ini adalah merupakan penolakan terhadap perempuan yang menyerahkan dirinya kepada beliau, Rasulullah.<br /><br />Dengan kata lain, berbahagialah dengan wanita (isteri) yang mempunyai agama baik dan janganlah memandang hanya pada harta bendanya saja, niscaya Allah Subhanahu wa Ta 'ala akan memberkahi dan memper-banyak harta kalian berdua. Melalui keterangan inilah kita dapat mema-hami betapa pentingnya memilih pasangan bagi calon suami-isteri dan hendaknya berhati-hati. Sebab, terburu-buru dalam mencari pasangan yang berdasarkan kepada keindahan semata akan berakibat buruk. Sedangkan cara memilih yang benar adalah, baik itu dengan melihat, direnungkan serta diteliti dari segi pendidikan dan akhlaknya.<br /><br />Di dalam kitab yang berjudul "As Sa 'aadah Az Zaujiyah fil Islam " dikatakan, bahwa pada suatu hari mushannif mendengarkan siaran radio yang sedang membicarakan tentang seorang laki-laki yang ditanya: "Apakah kamu senang mempunyai isteri yang sangat cantik?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak." Kemudian ia ditanya kembali: "Apakah ada orang yang tidak menyukai suatu kecantikan yang memikat?" Laki-laki itu menjawab: "Sesungguhnya kecantikan yang memikat menyebabkan ketenangan yang menyejukkan hati dan sekaligus kesedihan yang tiada habisnya." Jawaban itu membuat diri mushannif menjadi kagum. Oleh karena itu, kepribadian wanita yang pertama aku cari adalah agamanya, tabi'atnya, kebaikannya, keturunannya, pendidikannya serta kepandaiannya. Semua ini bukan berarti tidak memandang suatu kecantikan (hal, 115-116).<br /><br />Sebagian ulama memberikan berbagai nasihat tentang cara memilih pasangan hidup yang baik, sebagai berikut:</div><ol style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><li>Tanyakan, bagaimana pendidikan di dalam rumah tangganya, bukan menanyakan di mana ia sekolah.</li><li>Menikah dengan puteri seorang yang shalih.</li><li>Perkawinan merupakan kehidupan bersama, maka hendaknya memilih pasangan yang serasi denganmu, baik dari segi makanan, tabi'at maupun budi pekerti.</li></ol><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Ada seseorang yang bertanya: "Jika masalah agama yang lebih ditekankan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka bagaimana dengan masalah diperbolehkannya seseorang oleh Allah Subhanahu wa Ta 'ala menikahi perempuan Ahli Kitab?" Jawabnya adalah: "Sesungguhnya pembolehan menikah dengan wanita Ahli Kitab itu merupakan rahmat dan kasih sayang Allah terhadap Ahli Kitab serta memberikan kesempatan kepada mereka agar mau kembali kepada agama fitrah yang telah dibawa oleh Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, Nabi Musa 'Alaihissalam, Nabi Isa 'Alaihis-salam dan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Sehingga para Ahli Kitab dapat menemukan kembali kebenaran yang hakiki dengan masuk ke agama Islam tatkala bergabung dengan kehidupan yang Islami."<br /><br />Sebab itulah konteks Islam merupakan pengaruh yang cukup besar dan rulai-nilai yang sangat luhur untuk memasukkan isteri-isteri ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong, sekalipun tidak secara keseluruhan.<br /><br />Sebagian dari sahabat Nabi mengatakan: "Bahwasanya dibolehkan menikahi perempuan Ahli Kitab, karena pada waktu itu wanita muslimah masih sangat sedikit jumlahnya. Adapun diharamkannya menikahi mereka (wanita Ahli Kitab) pada waktu-waktu sesudahnya adalah lebih disebabkan oleh adanya kekhawatiran atas kembalinya para lelaki muslim kepada ke-yakinan semula dan disamping itu wanita muslimat telah banyak jumlah-nya.<br /><br />Para ulama berbeda pendapat mengenai pernikahan umat Islam dengan Kitabiyah Harabiyah. Ibnu 'Abbas berpendapat: "Tidak boleh menikah dengan para wanita Kitabiyah Harabiyah." Sedangkan jumhur ulama berpendapat: "Boleh menikah dengan mereka, hanya saja makruh hukumnya." Sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta 'ala:<br /><br />"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya." (Al Mujaadilah 22)<br /><br />Adapun pendapat yang lebih kuat untuk dijadikan sebagai pegangan adalah pendapat Ibnu 'Abbas. Karena dikhawatirkan adanya bahaya yang lebih besar di dalam realita kehidupan saat ini.<br /><br />Musthafa Shadiq Ar Rafi'i berkata di dalam kitabnya: "Wahai saudarasaudaraku, janganlah kalian mengawini orang asing. Jika seorang muslim --menikahi wanita asing--, maka akan terdapat enam kejahatan (jarimah) yang terdiri dari: <br /><br />Pertama, menghilangkan hak-hak wanita muslimah untuk menikah dan membuat mereka menjadi tidak laku. Inilah yang disebut dengan jarimah wathaniyah. <br /><br />Kedua, mencampur-adukkan perilaku-perilaku dan kelebihan-kelebihan kita, kemudian melebur dengan akhlaq orang asing dikarenakan lemahnya budi pekerti. Inilah yang disebut dengan jarimah akhlaq. <br />Ketiga, menyusupkan tipu daya kepada jiwa dan keturunan kita. Inilah yang disebut dengan jarimah sosial. <br /><br />Keempat, orang asing (di luar Islam) itu akan seenaknya berbuat apa saja yang ia inginkan dalam lingkungan kita. Inilah yang disebut dengan jarimah politik. <br /><br />Kelima, membuat pengaruh yang berlandaskan pada hawa nafsu ketika hendak menetapkan suatu hukum. Serta berusaha mencuci otak dari para keturunan kita, sehingga ia akan melakukan apa saja sesuai dengan kehendak hatinya. Inilah yang disebut dengan jarimah agama. <br /><br />Keenam, kemiskinan akhlaq sangat mempengaruhi, sehingga tidak lagi mempedulikan jarimah-jarimah yang telah disebutkan. Inilah yang disebut dengan jarimah kemanusiaan.<br /><br />Yang dimaksud orang asing dalam konteks hadits di atas ialah wanita-wanita Ahli Kitab. Sebab, kebanyakan dari orang asing itu adalah orang-orang musyrik. Karenanya, sangat tidak memungkinkan bahwa lelaki muslim bisa berkumpul (menikah) dengan mereka (Ahli Kitab). Allah Subhanahu wa Ta 'ala telah mengharamkan pria muslim untuk menikahi wanita-wanita Majusi dan wanita-wanita penyembah patung, sebagaimana firman-Nya:<br /><br />"Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang beriman adalah lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia sangat menarik hatimu. " (Al Baqarah 221)<br /><br />Semua itu merupakan ketidakmungkinan bersatunya suami-isteri dalam dua aqidah yang berbeda. Sebab, bahayanya akan berakibat pada aqidah anak-anak dan kerusakan moral mereka. Apabila bahaya tersebut telah tergambar dengan jelas, maka hukum dikembalikan pada asalnya, yaitu haram.<br /><br />Penulis berpendapat, bahwa dilarangnya perkawinan seorang mukmin dengan Ahli Kitab adalah karena terikat dengan tanggung jawab pendidikan anak-anak maupun agama. Juga sebagai tindak antisipasi agar tidak terjatuh dalam kemusyrikan. Karenanya, agar penyakit tersebut tidak menular kepada anak-anak, yang disebabkan oleh lemahnya kepribadian suami terhadap isterinya, hingga dapat mengakibatkan terbengkalainya pendidikan mereka dari segi kemaslahatannya.<br /><br />Seperti diungkapkan di dalam sebuah kaidah fiqih: "Sesuatu (perkara) yang menjadi media akan sempurnanya sebuah kewajiban, maka ditetapkan hukumnya --perkara tersebut-- sebagai hal yang wajib." Atau dengan kata lain, mencegah kerusakan lebih utama daripada memperbaiki. Pada zaman sekarang, syarat tersebut sangat sulit, karena dikhawatirkan akan terjatuh ke dalam bahaya.</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-38544666093438944592011-06-24T06:18:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.007+07:00SEGERA MENIKAH UNTUK MENGHILANGKAN IBADAH YANG MENYIMPANG<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://about-islam.co.cc/" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSqrHwIWiUBxYLFVMX5fEaWjkc2GixEnPUGyZC5J7g7fZk-Z6davsFeEaxhr3NOAldaRW8_OW1DYB2ON5MrJo7fRs54JsS_VJhbEtMFZz3c7Q_w5NWfvHcy32cdM_Z4fh8fbq8qnHWY0HY/s200/abi_misay.jpg" width="173" /></a></td></tr><tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Author</b></td></tr></tbody></table><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Tiga orang pembesar berkunjung ke rumah isteri-isteri Nabi dengan maksud menanyakan perihal ibadah yang dilakukan oleh beliau. Tatkala diterangkan perihal ibadah beliau, mereka seakan-akan mengagungkannya seraya berkata: "Bagaimana dengan kita jika dibandingkan Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni segala dosanya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang!" Salah seorang di antara mereka pun berkata: "Jika demikian halnya, maka aku akan senantiasa mengerjakan shalat malam." Berkata pula yang lain: "Aku akan berpuasa selama satu tahun, tanpa berbuka." Kemudian yang lain juga berkata: "Aku akan menjauhi wanita dan selamanya tidak akan menikah."</span><br /><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Mendengar ungkapan mereka itu, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun mendatangi mereka seraya bersabda:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Kaliankah yang telah mengatakan ini dan itu! Demi Allah, sungguh aku adalah hamba yang sangat takut dan sangat bertaqwa kepada Allah jika dibandingkan dengan kalian. Akan tetapi, manakala berpuasa, aku berbuka. Setelah selesai dari melaksanakan shalat, aku pun pergi tidur. Di samping itu, aku pun mempunyai isteri (menikah). Maka barangsiapa yang membenci (tidak mengikuti) sunnahku, sesungguhnya ia bukan termasuk golonganku." (HR. Bukhari)</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Dari sesuatu yang dikhawatirkan itu, kesemuanya merupakan nasihat dari Al Qur'an dan Al Hadits tentang imbauan untuk segera berumah tangga. Seperti kita ketahui, bahwa ada di kalangan ahli sufi yang tidak mempedulikan --bahkan mereka mengajak manusia untuk meninggalkan-- perkawinan. Imbauan ini merupakan kebodohan atau anjuran yang membinasakan kaum muslimin dan mencampakkan mereka pada perbuatan keji. Imam Ibnul Jauzy membantah pendapat mereka dan menjelaskan tentang kesesatan mereka di dalam kitabnya yang berjudul "Talbis Iblis ".</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Ketahuilah, pemuda-pemuda dari kaum sufi yang tidak melakukan pernikahan, mereka terbagi menjadi tiga kelompok:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Pertama, menderita sakit akibat tertahannya sperma. Sebab, apabila sperma seseorang terlalu banyak, maka akan mengalir ke otak. Abubakar bin Zakaria Ar Razi barkata: "Aku pernah melihat sekelompok kaum yang mana mereka mempunyai jumlah sperma yang banyak sekali. Pada saat mereka menahan diri dengan tidak (sama sekali) berhubungan intim, maka tubuh mereka menjadi dingin, gerakan tubuh mereka menjadi sulit dan mereka mengalami kesedihan tanpa sebab." Abubakar pun berkata kembali: "Aku pernah melihat seorang lelaki yang menjauhi hubungan seks dan berakibat nafsu makan menjadi hilang. Sekalipun ia mencoba sedikit untuk makan, akan tetapi tidak dapat menyembuhkan dan menguatkannya. Setelah ia kembali melakukan hubungan seks, maka gejala tersebut pun menjadi hilang seketika."</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Kedua, mengerjakan hal-hal yang dilarang. Sebab, pada saat mereka bertahan untuk tidak melakukan hubungan intim, sel sperma yang terdapat pada tubuh mereka menjadi terkumpul. Akibatnya, timbul perasaan gelisah yang menyelimuti jiwanya. Karena kegelisahan itulah mereka berlari (melampiaskan) kepada sesuatu yang mereka tinggalkan sehingga mereka melupakan dan tenggelam ke dalam hawa nafsu duniawi secara berlebihan.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Ketiga, senang kepada anak di bawah umur dan melakukan praktik hubungan seks menyimpang.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Kebodohan telah mengarahkan suatu kaum ke jalan yang tidak pantas --seperti memotong alat kelamin-- dengan keyakinan, bahwa perbuatan itu merupakan ungkapan rasa malu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, padahal itu semua adalah kebodohan yang tak ternilai. Sebab sesungguhnya dengan "alat" tersebut Allah memuliakan kaum laki-Iaki terhadap perempuan, sebagai "sebab" adanya keturunan. Kaum tersebut berpendapat: "Kebenaran bukanlah seperti itu." Kemudian mereka memotong alat kelamin mereka sendiri untuk menghilangkan keinginan melaksanakan pernikahan. Adapun maksud tersebut tidak akan pernah berhasil!</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah menyatukan antara Salman dengan Abu Darda. Suatu hari Salman mengunjungi Abu Darda, yang pada saat itu 'Ummu Darda berpakaian kusut. Maka Salman bertanya: "Ada apa gerangan wahai Ummu Darda? Ummu Darda menjawab: Saudaramu Abu Darda, jikalau malam ia shalat, siang ia berpuasa. Sepertinya ia tidak membutuhkan sesuatu dari dunia ini! Abu Darda pun datang menyambut Salman lalu menyuguhkan kepadanya makanan. Maka Salman pun berkata kepada Abu Darda: Makanlah! Abu Darda menjawab: Aku sedang berpuasa. Salman berkata: Aku berikan kepadamu agar kamu ber-buka dan aku tidak akan makan sehingga kamu ikut serta makan bersama-ku. Maka Abu Darda pun makan bersama Salman. Kemudian Salman me-nginap di rumahnya. Pada saat malam tiba, Abu Darda bermaksud untuk melakukan shalat malam. Salman mencegahnya seraya berkata: Wahai Abu Darda, sesungguhnya badan kamu mempunyai hak terhadap dirimu. Begitu pula dengan keluargamu yang mempunyai hak atas dirimu. Silahkan engkau melaksanakan puasa, akan tetapi berbukalah. Silahkan mengerjakan shalat, akan tetapi datangilah pula keluargamu (isterimu)! Berikan semua yang mempunyai hak akan hak-haknya! Ketika waktu Subuh hampir tiba, Salman berkata: Jika engkau mau, maka bangunlah sekarang! Abu Darda pun beranjak bangun dan kemudian mereka berdua mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat. Tak lama kemudian, Abu Darda mengadu ke-pada Rasulullah atas semua yang dilakukan oleh Salman kepadanya. Rasul pun berkata kepada Abu Darda: Wahai Abu Darda, sesungguhnya badan kamu mempunyai hak atas dirimu --sama seperti perkataan Salman--. Dalam riwayat lain disebutkan: Salman benar" (HR. Bukhari dan Tirmidzi).</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Sesungguhnya Islam merupakan agama yang dinamis (kehidupan). Ia tidak berhenti pada keinginan dan tabi'at saja, akan tetapi selalu memberikan motivasi dan membuka ruang untuk berkembang. Hal itu tidaklah mengherankan. Sebab sesungguhnya kesemuanya itu merupakan irama dari keberadaan manusia dan akan menjadi suatu kebodohan kalau memeranginya. Yang benar adalah membimbing dan mengarahkan tabi'at, itulah suatu keberuntungan. Islam memberikan jalan agar umatnya selalu merasa senang dan eksis dalam membina kehidupan yang bahagia. Manakala Islam mengharamkan perbuatan zina dan minuman keras, maksudnya tidak lain adalah, agar umatnya selalu sehat dan kuat. Sehingga waktu yang sangat bernilai bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih berguna. Bukan seperti anggapan sebagian orang yang tidak tahu, yaitu dengan menyatakan bahwa hal itu dimaksudkan untuk membatasi kesenangan manusia.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Telah sama-sama kita ketahui, bagaimana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak sependapat dengan tiga sahabat tadi ketika mereka mengekspresikan diri dalam beribadah dengan cara memerangi tabi'at kemanusiaan mereka dan mengubah apa yang bukan selayaknya; dengan persepsi pendekatan diri kepada Allah. Dengan demikian, beliau memberitahukan kepada mereka, bahwa apa yang telah mereka lakukan itu justru bisa menjauhkan mereka dari Islam dan dari fitrah kemanusiaan. Dimana mereka menyibukkan diri dengan memerangi keinginan jiwa. Oleh karena itu, membujang tidak akan selamanya terhindar dari dosa dan hanya sebagian kecil yang dapat selamat darinya (dosa).</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Ibnu 'Abbas berkata: "Menikahlah kalian! Karena, satu hari bersama isteri lebih baik daripada ibadah seperti ini (maksudnya adalah shalat) se-lama satu tahun." Ibnu Mas'ud berkata --dalam keadaan tertusuk pedang ketika perang sedang berkecamuk--: "Nikahkan aku, sebab aku tidak senang jika bertemu Allah dalam keadaan membujang!" Diriwayatkan pula, bahwasanya Imam Ahmad bin Hanbal menikah pada hari kedua dari hari wafatnya (mantan) isteri beliau. Imam Ahmad berkata: "Aku tidak senang membujang." </div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-15164746302585814132011-06-23T06:16:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.007+07:00WANITA ADALAH PERHIASAN DUNIA TERINDAH<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://about-islam.co.cc" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSqrHwIWiUBxYLFVMX5fEaWjkc2GixEnPUGyZC5J7g7fZk-Z6davsFeEaxhr3NOAldaRW8_OW1DYB2ON5MrJo7fRs54JsS_VJhbEtMFZz3c7Q_w5NWfvHcy32cdM_Z4fh8fbq8qnHWY0HY/s200/abi_misay.jpg" width="173" /></a></td></tr><tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Author</b></td></tr></tbody></table><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Wanita diciptakan bukan hanya sekedar terdiri dari jasad dan ruh saja. Akan tetapi, ia juga sangat memiliki peran didalam menjalankan proses kehidupan. Seperti menyusui dengan penuh kasih sayang --apabila telah menjadi ibu--, mengalirkan kerinduan, mengubah masa kanak-kanak dan alam tak sadar menjadi sebuah kepastian serta kecerdasan di dalam meng-hidupkan makna-makna kemanusiaan dari segala seginya. Untuk itu, siapa dari para wanita (ibu) yang mendidik anak-anak mereka dengan sesuatu yang tidak pada tempatnya, maka akan menjadikan anak-anak tersebut dari seorang bayi yang bersahaja menjadi seorang yang kejam, dari seorang bayi yang lucu menjadi seorang yang liar dan dari seorang bayi yang murah senyum menjadi seorang yang memiliki watak egois.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Artinya, siapa saja dari para ibu yang menjadikannya dalam kejahatan, maka ia akan memaksa untuk membuka rahasia kehidupan ini dengan cara yang tidak dibenarkan (batil). Sedang siapa yang menabur bunga untuk kecantikannya dan untuk ketenangan serta kesabarannya, maka nantinya akan memetik hasil yang juga sangat menggembirakan. Begitu pula apabila menuangkan keharuan kepada curahan yang memalingkan guna menghilangkan padanya akan puncak dari kasih sayang, maka sudah tentu menghasilkan produk yang tidak akan mampu untuk menghadapi kerasnya kehidupan di masanya nanti.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Wanita bukan saja berbentuk badan, akan tetapi sebelum itu juga melekatkan rasa cinta yang suci, kecantikan, kelembutan, jiwa terdidik dan tempat menggantungkan keturunan. Seandainya ada laki-laki jenius mampu menghidupkan aspek kemanusiaan yang suci di dalam misi menggantikan kedudukan wanita, maka sungguh ia mampu menggantikannya. Namun, hal itu laksana menggantikan kehausan dari air yang bersih dengan tetesan buah dari perasannya. Jika seseorang (laki-laki) merasa cukup dengan apa yang ada dari sisi jasmani seorang wanita, niscaya akan menjadi sempit dan pendek pandangan (penilaian)nya terhadap wanita tersebut.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Ketika seorang lelaki terpesona kepada wujud jasad yang disimpulkan melalui bentuk-bentuk kasih sayang dan kecondongan terhadap canda tawanya, maka ia tidak akan mampu meningkatkan persepsinya ketingkatan yang lebih benar. Maha Suci Allah yang telah menciptakan kecantikan.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Allah Subhanahu wa Tala'a berfirman:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. " (Ar Ruum 21)</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Ayat ini mengisyaratkan makna yang tinggi dan menjelaskan bahwasanya hubungan antara laki-laki dan perempuan (suami-isteri) bukan sekedar hubungan materi semata. Akan tetapi, merupakan hubungan yang memperteguh rasa cinta serta kasih sayang. Selain ayat diatas, masih banyak lagi ayat-ayat lain yang berkenaan dengan mengangkat derajat serta posisi kaum wanita dan usaha untuk memuliakannya.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Di antara kesenangan dunia yang membuatku senang ialah; wanita dan wewangian. Dan dijadikan kecintaanku ada di dalam shalat." (HR. Nasa'i, Ahmad dan Hakim dengan sanad sahih)</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Sekalipun Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sangat mencintai isteri-isterinya sampai kepada Siti 'Aisyah, akan tetapi tidak mengurangi kecintaan beliau kepada Sang Khaliq. Bahkan beliau pernah bersabda yang artinya: "Seandainya aku ditakdirkan hanya memiliki seorang sahabat di bumi ini, niscaya aku akan memilih Abubakar Radhiyallahu 'Anhu sebagai sahabatku."</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Allah Subhanahu wa Ta 'ala memberikan kelebihan kasih sayang kepadaku (Nabi Muhammad) terhadap wanita dan wewangian yang lebih besar dibandingkan lainnya. Sebab, wanita merupakan penghias dan pe-nyejuk di dalam rumah tangga serta sumber keturunan. Alangkah istimewa-nya wanita! Sedangkan wewangian dapat memberikan gairah (semangat) bagi jiwa. Adapun dalam shalat terdapat kenikmatan dan kesenangan di dalam rangka bermunajat antara hamba dengan Sang Khaliq. Ini adalah salah satu keadaan yang sangat menyenangkan bagi manusia ("At Taaj Aj Jaami' Al Ushul").</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Imam Ibnul Jauzy menjelaskan di dalam kitabnya yang berjudul "Nawaadir Al-Adzkiyaa" tentang seorang penyair yang terpesona apabila melihat kecantikan seorang wanita. Dalam riwayat yang lain dinyatakan tentang penyair yang membenci isterinya, sebagaimana disebutkan: "Sesungguhnya wanita itu laksana syaitan yang diciptakan untuk kami. Kami memohon perlindungan kepada Allah dari segala kejahatan syaitan yang terkutuk." Akan tetapi dengan ramah sang isteri menjawab: "Sesungguhnya wanita itu laksana wewangian untukmu (kaum lelaki), bukankah kamu semua sangat menyukai wewangian?"</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Pengarang kitab "Waajibul-Adab" menceritakan: "Pada suatu hari Khalid bin Yazid bin Mu'awiyah mencela dan menuduh Abdullah bin Zubair sebagai orang kikir." Sedangkan isteri Khalid adalah adik perempuan Abdullah. Ia pun tertunduk tanpa berkata apa-apa. Khalid bertanya pada isterinya: "Mengapa kamu tidak membantah? Apakah kamu senang dengan apa yang telah aku katakan atau kamu membantah jawabanku?" Sang isteri pun menjawab: "Aku tidak akan berpihak kepada siapa pun! Sementara wanita tidak diciptakan untuk mencampuri urusan laki-laki. Kami hanya laksana wewangian yang tersedia untuk dicium dan dikumpuli." Maka Khalid pun merasa kagum atas jawaban dari isterinya, kemudian ia mencium kening sang isteri.</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-36378241084920889822011-06-22T06:11:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.007+07:00MENGANGKAT DERAJAT TABIAT (INSTING) BIOLOGIS<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://about-islam.co.cc" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSqrHwIWiUBxYLFVMX5fEaWjkc2GixEnPUGyZC5J7g7fZk-Z6davsFeEaxhr3NOAldaRW8_OW1DYB2ON5MrJo7fRs54JsS_VJhbEtMFZz3c7Q_w5NWfvHcy32cdM_Z4fh8fbq8qnHWY0HY/s200/abi_misay.jpg" width="173" /></a></td></tr><tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Author</b></td></tr></tbody></table><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Allah Subhanahu wa Ta 'ala berfirman didalam Al Qur'an:<br /><br />"Dan orang-orang yang belum mampu untuk melaksanakan per-nikahan, maka hendaklah mereka menjaga kesucian diri sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. " (An Nuur 33)<br /><br />Yang penulis maksudkan dengan mengangkat derajat insting biologis seperti diistilahkan oleh para ahli jiwa adalah, bahwa memuliakan insting tersebut merupakan keharusan dan mengangkatnya ke forum ilmiah, sastra serta seni, dimana ada kecenderungan terhadap keengganan untuk menikah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah memerintahkan kepada seorang yang masih lajang untuk berpuasa. Hal ini merupakan salah satu cara pandang Islam di dalam memuliakan insting tersebut. Akan tetapi, cara ini tidak berlaku untuk selamanya, seperti yang banyak dilakukan para pemuda non-Muslim.<br /><br />Tindakan ini sangat berarti bagi dunia pendidikan, penelitian dan reproduksi. Jika demikian, lalu dimana letak perbedaan cara pandang Islam dengan Farwed --seorang tokoh dari agama Yahudi-- dalam masalah ini. Menurut Farwed, kita harus segera melampiaskan insting biologis kita, dengan dalih; bahwa tanpa melampiaskan insting tersebut akan menyebabkan seseorang mengalami gangguan pada jiwanya.<br />Dr. Cases Carl menuliskan didalam kitabnya yang berjudul "Al Insaan DzaalikalMajhuula ": "Bahwa biasanya kecerobohan di dalam seks itu akan menurunkan daya kerja otak dan akal sehat hanya membutuhkan hubungan seksual yang sehat, sehingga mampu mencapai orgasme" (hal, 174).<br /><br />Kesimpulan dari pandangan Farwed, yaitu; bahwa ajaran Yahudi membolehkan umatnya melakukan hubungan seks secara bebas dengan maksud memperbanyak keturunan mereka, dimana hal ini berhubungan dengan tuntutan dunia Internasional mengenai berdirinya negara Israel. Adapun pandangan dari para pemuka Zionis adalah, bahwa kita (bangsa Israel) harus menghancurkan setiap peradaban yang tumbuh dan berkembang di muka bumi ini hingga memudahkannya untuk menguasai mereka. Adapun menurut generasi muda bangsa Israel, bahwa pandangan Farwed dimaksud bermakna memperbolehkan untuk melakukan hubungan seks dibawah matahari, sehingga tidak ada lagi hal-hal yang dianggap sakral dan pada saat itulah terjadi krisis moral yang sangat besar.<br /><br />Teori Farwed ini pada akhirnya ditolak oleh beberapa negara, setelah timbul pengaruh yang buruk terhadap generasi muda mereka pada saat hal tersebut masih dipelajari di berbagai lembaga pendidikan. Sekalipun ada keharusan untuk memuliakan insting seks, akan tetapi tetap tidak dapat dibenarkan jika caranya dengan menonton atau membaca hal-hal yang berbau mesum.<br /><br />Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda:<br /><br />"Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian memiliki kemampuan untuk menikah, maka menikahlah. Karena sesungguhnya hal itu dapat mencegah pandangan mata kalian dan menjaga kehormat-an kalian. Sedang bagi siapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, dan puasa itu adalah perisai baginya." (HR. Bukhari, Muslim)<br /><br />Atau dengan kata lain, barangsiapa di antara kalian memiliki kemampuan untuk memberi nafkah, baik itu berupa makanan, pakaian dan melakukan hubungan seksual. Nash-nash dari Al Qur'an dan sunnah mengisyaratkan, bahwa menikah itu diwajibkan bagi yang telah mampu. Sedangkan yang tidak penulis pahami adalah, mengapa ada sebagian dari para ulama yang menyimpulkan bahwa menikah itu hanya dihukumkan sebagai sebuah perkara yang bersifat mubah saja?<br /><br />Hal tersebut terjadi pada awal dari perkembangan Islam. Akan tetapi, pada saat pemerintahan Islam telah kaya raya, maka setiap muslim berhak (wajib) untuk melangsungkan pernikahan, meski hal itu dilakukan dengan cara berhutang terlebih dahulu untuk membayar mahar dan kebutuhan lainnya. Karena, pemerintah dalam hal ini diharuskan untuk menanggung pembayaran hutang dari orang tersebut yang diambilkan dari bagian zakat atas orang yang berhutang.<br /><br />Penulis kemukakan kepada para pembaca, bahwa di dalam kitab biografi yang menceritakan tentang Umar bin Abdul Aziz yang dikarang oleh Ibnu Al Hakam dijelaskan: "Bahwa putera beliau meminta beliau untuk menikahkannya dan membayarkan mahar dari pernikahan tersebut yang diambil dari Baitul Maal. Pada saat itu, putera beliau telah memiliki seorang wanita sebagai calonnya. Maka beliau pun marah dan menulis surat untuk puteranya yang menyatakan: Bahwa suratmu telah aku terima, yang isinya meminta kepadaku untuk mengambil harta dari Baitul Maal guna memenuhi kebutuhan pernikahanmu, sementara putera-putera kaum Muhajirin pun juga belum menikah dan aku tidak tahu mengapa hal ini engkau tuliskan didalam suratmu kepadaku? Kemudian sang putera pun membalas surat bapaknya yang berbunyi: Jika demikian halnya, maka ananda melihat, bahwa kita masih memiliki beberapa harta (yang diperoleh sebelum bapaknya berkuasa), maka juallah dan tentukan harga yang pantas sebagai maharku" (hal. 125 Cet. 'Ubaid).<br /><br />Khalifah sendiri tidak merasa heran akan tuntutan puteranya itu. Akan tetapi, beliau lebih mengutamakan pernikahan bagi para pemuda dari kaum Muhajirin. Kemudian Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada karyawannya yang berisi: "Laksanakanlah hak orang-orang yang berhutang." Maka mereka membalas surat yang beliau tulis: "Kami menemukan seorang pria yang telah memiliki tempat tinggal, pembantu, kuda dan beberapa perabot rumah tangga di dalam rumahnya." Beliau membalasnya: "Seorang pemuda muslim memang harus memiliki tempat tinggal untuk berteduh, pembantu untuk melayaninya, kuda untuk berjuang menghadapi musuh dan perabot rumah untuk dirinya sendiri, isteri dan anak-anaknya. Namun, ia adalah seorang yang berhutang. Maka dari itu, bayarkanlah segala hutangnya yang bersangkutan dengan kebutuhan rumah tannga" (hal. 164, bersumber dari kitab yang sama).<br /><br />Hal tersebut hendaknya dibicarakan sebelumnya, yakni bahwa pemerintah mempunyai tanggungan kepada segenap rakyatnya berupa jaminan terhadap isteri, tempat tinggal dan pengadaan pembantu rumah tangga.<br /><br />Sesuai dengan pembahasan kita, bahwa kita harus menjaga diri dari hal-hal yang melanggar syari'at dan memuliakan insting seks sejauh perkawinan yang memang mudah itu sesuai dengan syari'at Islam. Dari kesimpulan pembahasan diatas penulis melihat, bahwa teori yang dikemukakan oleh Farwed itu merupakan ajaran Yahudi yang salah, yang pada intinya menyatakan: "Harus berani melakukan perbuatan nista dengan dalih menahan diri dari perbuatan nista yang lebih besar, karena hal itu akan dapat membahayakan kesehatan."<br /><br />Seorang ilmuwan bernama Henri Miller berkata: "Sesungguhnya cara terbaik untuk menjaga diri kita dari penyakit ialah dengan mencegah melakukan hubungan seksual di luar (sebelum) nikah, bagaimanapun caranya. Selama cara tersebut memberikan manfaat kepada kita."<br /><br />Sesungguhnya menggunakan segala kesempatan untuk melakukan hubungan seksual dapat menghancurkan kepribadian dan juga bisa menghilangkan pilihan, yang kesemuanya itu telah dibangun dengan kemauan keras. Sebagaimana kita ketahui, bahwa ada faktor-faktor yang dapat menguatkan kepribadian kita. Diantaranya adalah, bahwa kita harus mengetahui terlebih dahulu tabi'at (insting) seks tersebut. Karena sesungguhnya mencegah diri untuk mengikuti insting tersebut pada mulanya memang sangat sulit. Akan tetapi, jika kita mempersiapkan diri secara serius, maka akan menjadi mudah.<br /><br />Seseorang yang mulai terikat dengan insting seks tersebut tidak akan menilai segala sesuatu terkecuali menurut penilaian insting yang sama. Oleh karena itu, sangat diragukan kemampuannya menjaga kebersihan dan kejernihan guna memadamkan perasaan yang memang merupakan racun. Bahkan mungkin akan mencari tahu tentang kelebihan wanita serta mengikuti segala tradisi masyarakat yang rusak, yang pada akhirnya akan merasakan kebosanan dan kehampaan.<br /><br />Barangsiapa mampu untuk menjauhkan diri dari patuh terhadap tuntutan badaniah, maka hidupnya akan dipenuhi oleh perasaan yang halus dan jernih serta kegembiraan yang didatangkan oleh cinta suci yang tumbuh dari dalam hati dan pikirannya menjadi bagus lagi jernih. Maka kehidupannya pun akan dipenuhi dengan berbagai makna yang luhur.<br /><br />Seseorang yang menikah setelah tahu banyak tentang keadaan seorang wanita secara utuh (kepuasan jasmani), maka ia tidak akan menetap pada suatu keadaan dan tidak mampu memahami apa yang bergelora di dada isterinya. Ini merupakan salah satu penyebab terjadinya perceraian.<br /><br />Seseorang yang mampu menjaga kesuciannya hingga memasuki jenjang pernikahan, maka ia akan menghormati isterinya sebagai teman hidup dan ibu bagi anak-anaknya. Ia melihat cinta sebagai anugerah yang abadi dan sang isteri memandang bahwa kesucian ini merupakan tanda keikhlasan, hingga ia selalu bergantung dan setia kepadanya sampai akhir hayat.<br /><br />Penulis sebutkan sekali lagi, bahwa pencegahan diri dari hubungan seks pra nikah itu merupakan hal yang penting untuk dilakukan sampai tiba saatnya pernikahan yang dibenarkan. Setelah itu, masih ada hal-hal lain yang mengharuskan seseorang untuk melakukan sesuatu seperti menye-lesaikan beban hidup, kesukaan dalam merenggangkan jarak kelahiran dan sebagainya. Barangsiapa mampu menahan diri sebelum proses pernikahannya tiba dan hal itu dilakukannya secara serius, maka ia akan mampu untuk menjaga kemaslahatan isterinya.<br /><br />Ada seseorang berkata: "Hal ini baik sekali. Akan tetapi, apakah mungkin untuk dilakukan?" Penulis menjawab: "Ya, bisa. Karena sesungguhnya sifat (tabi'at) manusia itu selalu menjaga dirinya dari kekeliruan sampai ia menikah! Contoh mengenai hal ini sangatlah banyak." Ia kembali bertanya: "Tidakkah pencegahan diri itu akan membahayakan kesehatan?" Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah:<br /><br /><span style="font-size: large;"><b>a. </b></span>Sebagian dari mereka ada yang menduga, bahwa pencegahan diri dari perbuatan tersebut merupakan penyebab dari mengecilnya alat kelamin. Sedangkan yang sebenarnya adalah sebaliknya. Lebih jelas mengenai hal ini dapat ditanyakan kepada para dokter, dimana mereka akan menjawab, bahwa hampir semua dari para suami yang mampu melakukan hubungan seksual dengan benar adalah mereka yang mampu menjaga kejantanan sampai memasuki jenjang pernikahan.<br /><br /><span style="font-size: large;"><b>b.</b></span> Sebagian yang lain mengatakan, bahwa pencegahan diri itu mempengaruhi perkembangan alat kelamin. Akan tetapi, sesungguhnya kecerobohan di dalam melakukan hubungan seksual lebih dapat untuk dijadikan sebagai faktor yang mempengaruhinya. Sebab hal itu akan senantiasa menjadikan alat kelamin terangsang, hingga pada saatnya ia tidak lagi mampu untuk melakukannya kembali dengan baik. Sedangkan menahan diri --secara praktis-- akan membuatnya tenang dan lembut. Ketajaman cinta akan terwujud jika pikiran dan gambarannya senantiasa tenang pula.<br /><br /><span style="font-size: large;"><b>c.</b></span> Yang lain berkata, bahwa sesungguhnya pencegahan diri akan membawa seseorang terbiasa melakukan masturbasi dan onani. Justru sebaliknya, bahwa mereka yang a-moral atau yang sering menonton segala sesuatu yang berbau pornografi yang dapat membawanya untuk melakukan hal itu. Jika telah melakukannya satu kali, maka akan melakukannya pada kesempatan yang lain. Karena, hilangnya kemauan (pencegahan diri) yang mendorongnya ke arah tersebut. Begitu pula di dalam penjara, dimana kebanyakan di antara mereka melakukan hal tersebut. Dalam hal ini penulis pernah mengadakan suatu penelitian, yaitu tentang kemauan yang kuat dan kesucian yang cukup untuk dijadikan sebagai pelindung dari perbuatan semacam itu. Akhimya didapatkan satu kesimpulan, bahwa apabila melakukannya (hubungan seksual) dengan para wanita (lawan jenis) akan mendapatkan lebih banyak kepuasan daripada dengan sesama jenis (homo). Sementara perbuatan onani dan semacamnya hanyalah sebagai pelampiasan yang termudah untuk memenuhi kebutuhan seks. Adapun yang terpenting adalah menerima, bahwa pencegahan diri sangat bermanfaat dan penting.<br /><br /><span style="font-size: large;"><b>d.</b></span> Mereka yang menganggap bahwa pencegahan diri itu dapat membahayakan kesehatan adalah seperti:</div><ul style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><li>Hilangnya tujuan utama yang dapat mengalahkan pencegahan diri. Yang sebenarnya penyakit ini lebih dikarenakan ia terbiasa melakukan perbuatan tersebut, bukan akibat dari pencegahan diri.</li><li>Seringnya terbawa menjadi bunga tidur atau imajinasi yang menemani seseorang di saat tidur (mimpi). Kejadian ini sebenarnya lebih merupakan perantara (cara alami), sehingga alat kelamin kita akan mengeluarkan cairan (sperma) tanpa ada paksaan. Hal itu bukanlah perbuatan yang mendatangkan dosa.</li></ul><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Celakanya, ada sebagian pemuda yang salah di dalam memahami persoalan tersebut, dimana peristiwa mimpi seperti disebutkan di atas dianggap membahayakan. Karena mereka takut akan selalu terbayang dengan pikiranpikiran mesum, sebagaimana yang pernah terjadi didalam tidurnya. Jadi, pemikiran semacam ini timbul karena kesalahan di dalam memahaminya. Adapun yang harus kita perhatikan ialah; bahwa sesungguhnya banyak berpikir tentang hal-hal yang mesum memang kerap terjadi pada saat-saat seseorang menjelang tidur. Kebiasaan tersebut merupakan suatu kehendak yang tidak langsung (datang secara tiba-tiba). Jadi, hal itu bukan akibat dari pencegahan diri, akan tetapi lebih merupakan akibat dari kemerosotan jiwa dan hal itu bisa dipertanggung-jawabkan.<br /><br />Sedangkan impotensi yang menimpa pada sebagian dari mereka hanyalah akibat dari kecerobohan di dalam bermasturbasi/onani dan hubungan seksual, bukan karena pencegahan diri dari hal-hal yang berkaitan dengan seks secara umum.<br /><br />Pembahasan mengenai masalah ini sebenarnya masih sangatlah panjang. Oleh karenanya, kebanyakan dari para pembaca lebih menyukai untuk mengkonfirmasikannya kepada para dokter dan para ahli yang sudah dikenal, dimana sudah tentu mereka pun dapat mengetahui kebohongan yang kita sampaikan. Karenanya hal ini merupakan pengalaman dan pelajaran yang cukup berharga, nyata lagi benar.<br /><br />Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berpendapat mengenai hadits yang berbunyi "Yaa Ma 'syarasy Syabbaab" dan lafazh yang berbunyi "Manistatha 'a Minkumul Baa-at Falyatazawwaj ". Beliau menafsirkan kata AlBaa-at dengan hubungan seksual dan juga menafsirkannya dengan makna biaya pernikahan. Kemudian berkata: "Barangsiapa tidak mampu (menikah), maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa merupakan penekan syahwat." Hadits ini menunjukkan akan obat yang manjur bagi syahwat ketika sese-orang belum mampu untuk melaksanakan pernikahan. Karena sesungguh-nya puasa itu dapat menekan nafsu syahwat dan memperkecil tumbuhnya rangsangan. Syahwat akan menguat di kala kita banyak makan atau dengan cara lain.<br /><br />Keduanya itu yang memberi peluang untuk tumbuhnya syahwat yang kuat, sebagaimana dikatakan: "Barangsiapa yang membiasakan diri berpuasa, maka syahwatnya akan terkontrol." Adapun lurusnya syahwat merupakan kebaikan di antara dua kejahatan dan ditengah-tengah antara dua perbuatan tercela, dimana keduanya muncul dari sifat yang lurus. Kedua sisi yang dimaksud adalah perbuatan yang tercela dan sebaik-baik perkara adalah yang berada dipertengahan (sederhana).<br /><br />Akhlak yang utama itu terletak di antara dua sisi, yaitu sifat yang melampaui batas. Begitu juga dengan agama yang lurus itu terletak di antara dua kesesatan, sunnah terletak diantara dua bid'ah dan kebenaran terletak di dalam perselisihan. Jika memang engkau hendak memperoleh kebenaran, maka haruslah berkata yang sederhana saja (tidak berlebihan), yang terletak di antara dua sisi yang berjauhan dari kebenaran. Perincian atas berbagai kalimat di atas bukanlah maksud utama yang penulis inginkan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan taufiq-Nya kepada kita semua.</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-31951023490378130752011-06-21T06:04:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.007+07:00AJAKAN UNTUK MENIKAH<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://about-islam.co.cc/" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSqrHwIWiUBxYLFVMX5fEaWjkc2GixEnPUGyZC5J7g7fZk-Z6davsFeEaxhr3NOAldaRW8_OW1DYB2ON5MrJo7fRs54JsS_VJhbEtMFZz3c7Q_w5NWfvHcy32cdM_Z4fh8fbq8qnHWY0HY/s200/abi_misay.jpg" width="173" /></a></td></tr><tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Author</b></td></tr></tbody></table><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Allah Subhanahu wa Ta 'ala berfirman di dalam Al Qur'an:</span><br /><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang engkau senangi dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. " (An Nisa' 3)</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Allah juga berfirman:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Mereka itu merupakan pakaian bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. " (Al Baqarah 187)</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Kedua ayat ini mengisyaratkan akan adanya kewajiban untuk melaksanakan pernikahan. Akan tetapi, masih ada sekelompok orang yang menghina dan melecehkan suatu pernikahan atau pura-pura menyesalinya. Bahkan ada juga di antara mereka yang sengaja menghabiskan hari-harinya dengan bercengkrama (ngobrol) bersama teman-teman begadangnya. Sesungguhnya perbuatan tersebut hanyalah akan membawa mereka semakin jauh dari jalan Allah dan mencemarkan kesucian atas perkara yang agung ini, dimana suatu pernikahan itu sudah ditetapkan hukumnya oleh syari'at Allah di dalam kitab suci-Nya (tepatnya mengenai kehidupan suami-isteri).Imam Ath Thabari menafsirkan firman Allah yang berbunyi "Hunna Libaasun Lakum ", yaitu bahwa salah seorang dari mereka itu harus menjadikan pasangannya sebagai pakaian, baik pada saat menjelang tidur, saat berkumpul bersama keluarga atau pada saat bersatu (bersenggama) dengan pasangannya, sebagaimana pakaian yang dikenakannya.<br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Dikatakan juga, bahwa salah seorang dari keduanya menjadi pakaian bagi pasangannya, sebagaimana firman Allah yang artinya: "Dan Dia (Allah) telah menjadikan malam sebagai pakaian bagimu." Yaitu, sebagai tempat beristirahat atau tempat bernaung. Begitu juga bagi sang isteri, menjadi pakaian bagi sang suami dan ada kecenderungan sang suami kepadanya, sebagaimana firman Allah yang artinya: "Dan Dia jadikan isteri agar ia senang kepadanya." Yaitu, salah seorang dari keduanya menjadi pakaian bagi lainnya atau tempat berlindung.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Adapun penafsiran yang dikemukakan oleh Al Ustadz Muhammad Qutb akan ayat ini adalah: "Gambaran yang diberikan Al Qur'an tentang hubungan antara suami dan isteri begitu halus dan indah." </div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Sebagaimana firman-Nya: "Hunna Libaasun Lakum, wa Antum Libaasun Lahunna. " Pada kalimat ini digambarkan, bahwa hubungan antara jasad dan jiwa itu sangatlah erat. Baju merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia se-bagai pelindung bagi tubuh dari gangguan cuaca, sekaligus sebagai tabir penutup aurat.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Dalam hal ini terdapat sesuatu yang akan mampu melekatkan antara seorang suami dengan isterinya, yang mana keduanya akan saling berjumpa kalau memang sama-sama berasal dari satu jasad dan jiwa. Pada saatnya nanti, keduanya akan bersatu serta menghendaki akan keutuhan jalinan tersebut, bagaikan baju dengan pemakainya. Keduanya bagaikan tabir yang akan menutupi satu dengan lainnya. Menurut pandangan jasadi, maka keduanya akan saling menutupi dan menjaga, menjadi pelindung ruh dan jiwa serta saling menjaga kehormatan masing-masing, menjaga harta, jiwa dan keselamatan masing-masing dari gangguan orang lain. Juga menjaga dari perbuatan keji dan hina layaknya sebuah pakaian yang menjaga tuannya dari gangguan cuaca dingin dan panas.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Keduanya laksana pakaian yang serasi, yang dipakai untuk beristirahat, sebagai pendorong semangat dalam bekerja serta berusaha agar selalu tampak baik dan indah di mata pasangannya serta pandangan orang lain. Jika memang hubungan mereka itu keutuhannya terjaga, maka keduanya akan bersatu menjadi pakaian yang berfungsi untuk melindungi antara satu dengan lainnya. Juga akan berusaha untuk bersolek dan menyempurnakan penampilan yang melekat padanya sebagai pelindung, sekaligus tabir penutup (Manusia antara Materi dan Islam, hal. 249).</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Jika seorang hamba menikah, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan setengah dari agamanya. Oleh karena itu, bertaqwalah kepada Allah untuk menyempurnakan sebagian yang lainnya." (HR. Baihaqi dengan sanad hasan)</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Setengah dari (kesempurnaan) agama dimaksud, ditetapkan oleh pernikahan dan adanya anjuran agar memilih isteri yang baik serta meneliti hal-hal lain yang urgen. Untuk mengambil keputusan dalam suatu perkara, maka dianjurkan bagi umat Islam agar melakukan shalat istikhara sebanyak dua raka'at, kemudian membaca do'a sesudahnya. Seperti apa yang pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagai berikut: </div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu pilihan dengan pengetahuan-Mu. Aku memohon kekuatan dengan kuasa-Mu dan memohon segala karunia-Mu yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa, sedangkan aku tidak. Engkau Maha Mengetahui, sedangkan aku tidak dan Engkau Maha Tahu akan hal-hal yang ghaib. Ya Allah, jika memang Engkau telah mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku, agamaku, hidupku dan segala akibat yang ditimbulkannya, maka putuskanlah perkaraku ini atau Engkau tangguhkan. Atau putuskanlah untukku dan mudahkanlah, kemudian berkahilah aku. Sedang apabila menurut-Mu perkara ini berakibat buruk bagiku, agamaku, hidupku dan akibatnya, maka jauhkanlah dariku dan putuskanlah bagiku kebaikan sekiranya hal itu belum direlakan."</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Dunia itu perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita (isteri) yang shalihah." (HR. Muslim)</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Di dalam kitab yang berjudul "Nahnul Ma'muruun" diceritakan, bahwa sesungguhnya pernikahan itu merupakan perkara yang sangat penting (utama) yang dapat memanjangkan usia dan membawa kita kepada kehidupan yang teratur.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Terkadang kehidupan pernikahan itu bercampur dengan sesuatu yang meletihkan, seperti kelelahan yang didatangkan karena telah memiliki anak atau tuntutan kebutuhan lainnya seperti perabotan rumah. Akan tetapi, semuanya itu akan terasa indah jika seseorang merasa ikhlas dan terpuaskan jiwanya. Pada sisi lain, seseorang yang masih bujang akan merasakan kehampaan (kekurangan) di dalam hidupnya. </div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Memang benar apa yang pernah dikatakan oleh seseorang, bahwa terkadang masa muda bagaikan seorang raja. Akan tetapi, akan menjadi seorang hamba yang patut untuk dikasihani ketika usianya telah beranjak tua dan masih sendiri. Sedangkan bagi orang yang telah menikah --pasangan suami isteri-- terkadang pada masa-masa awal pernikahannya menjadi budak, akan tetapi ketika usia pernikahannya bertambah tua menjadi seorang raja yang bertahtakan segalanya didalam rumah serta tidak akan pernah lagi merasakan kesedihan dan kesepian seperti apa yang dirasakan oleh mereka yang masih sendiri pada masa tuanya (belum menikah).</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Dr. Haflbert, seorang Direktur rumah sakit psikiater di New York berkata: "Bahwa jumlah pasien yang akan datang untuk berobat ke rumah sakit ini perbandingannya adalah empat (para lajang) dan satu (pasangan yang telah menikah)." Demikian pula dengan data hasil penelitian statistik yang dilakukan oleh Dr. Barchlun menunjukkan, bahwa peristiwa bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh para lajang daripada yang di lakukan oleh para pasangan yang telah menikah. Karena, para pasangan yang telah menikah lebih banyak mengutamakan pertimbangan akal dan etika di dalam mengambil keputusan.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Kehidupan mereka begitu damai, hingga segala keganjilan dan kegelapan hidup yang pernah ada tidak pernah mengusik pikiran mereka. Sementara hal itu tidak dapat dilakukan bagi orang yang belum menikah. Sungguh, seorang isteri yang terbiasa menghadapi segala keletihan, baik yang datangnya dari persoalan anak-anak, peranan sebagai ibu ataupun beban hidup yang lain justru akan memanjangkan usianya daripada mereka yang memutuskan diri untuk tidak menikah.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">"Ada tiga golonganyang pasti ditolong oleh Allah. Yaitu, budak mukatab (seorang budak yang ingin memerdekakan diri dengan cara bekerjaJceras) yang ingin melunasi hutangnya, orang yang menikah demi menjaga diri dari perbuatan maksiat dan para pejuang di jalan Allah." (HR. Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah)</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Kebanyakan orang yang tidak mau menikah, sedang mereka mampu melakukannya, maka akan selalu berpikiran kotor dan berkeinginan untuk berbuat zina, yang merupakan salah satu faktor terputusnya (menjauhnya) hubungan antara manusia dengan Rabb-nya. Sedangkan bagi mereka yang tidak mau menikah dan tetap bersiteguh dengan ajaran agamanya, maka masih terdapat kemungkinan baginya untuk terjerumus ke lembah yang nista. Ibnu Mas'ud berkata: "Sekalipun usiaku tersisa 10 hari, maka aku lebih suka menikah, agar diriku tidak membujang ketika bertemu Allah (meninggal dunia)."</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Orang tua yang shalih akan selalu membicarakan persoalan pernikahan kepada anak-anaknya atau kerabatnya yang lain ketika salah seorang dari anaknya telah mencapai usia dewasa dan ada kemampuan untuk menikah serta mencarikan calon isteri/suami yang berasal dari keluarga baik-baik (shalih). Hal ini dilakukan untuk menjaga kesucian dan kemuliaan keluarga, terutama bagi pasangan suami-isteri yang akan menikah.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Alangkah agung nilai hadits ini yang telah menyamakan derajat antara pernikahan, berjuang di jalan Allah dan memerdekakan budak.</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-60464082967085287162011-06-20T05:42:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.008+07:00KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA ITU IBADAH PERNIKAHAN MERUPAKAN NIKMAT ALLAH ATAS HAMBA-NYA<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://about-islam.co.cc/" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSqrHwIWiUBxYLFVMX5fEaWjkc2GixEnPUGyZC5J7g7fZk-Z6davsFeEaxhr3NOAldaRW8_OW1DYB2ON5MrJo7fRs54JsS_VJhbEtMFZz3c7Q_w5NWfvHcy32cdM_Z4fh8fbq8qnHWY0HY/s200/abi_misay.jpg" width="173" /></a></td></tr><tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Authors</b></td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kehidupan di dunia ini jika tanpa adanya kesenangan yang menunjang, maka akan terasa gersang. Oleh karenanya, pada awal dari pembahasan kitab ini penulis akan membicarakan mengenai kebijaksanaan Allah yang memberikan manusia cenderung terhadap kesenangan. Apabila direnungkan lebih jauh, bahwa kecenderungan (watak) tersebut mampu membebaskan manusia dari segala belenggu kenistaan, tentunya jika diarahkan pada apa yang diridhai oleh Allah. Hal ini bukanlah merupakan tujuan utama. Karena semuanya itu hanyalah sebagai mediator didalam mencapai tujuan yang lebih mulia. Sebab cabang yang bagus tentu berasal dari pondasi (akar) yang bagus pula. Demikian pula dengan kehidupan berumah tangga.</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Allah Subhanahu wa Ta 'ala berfirman:</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Juga dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau berpikir. " (Ar Ruum 21)</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Allah Subhanahu wa Ta 'ala juga berfirman:</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Dialah yang menciptakan engkau dari diri yang satu, dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepada-nya." (Al A'raf 189)</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Wanita sering dianggap sebagai hewan peliharaan yang tidak mempunyai derajat sama sekali. Pada saat berlangsungnya mu'tamar di Persia --tepatnya tahun 586-- mereka memproklamirkan diri, bahwa wanita itu juga manusia, bukan hewan dan bukan pula sebagai makhluk yang dicipta-kan untuk mengabdi kepada kaum lelaki.</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kebahagiaan hidup yang bersifat ruhaniah dari seorang suami merupakan kebutuhan yang tidak di dapat kecuali pada diri sang isteri sebagai pasangan hidupnya. Mengenai masalah ini, Al Qur'an berbicara tentang petunjuk dan perasaan halus yang mampu untuk menggetarkan segala kekuatan batin. Begitu pula dengan apa yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'AIaihi wa Sallam sejak 14 abad yang lalu. Disamping itu telah ditetapkan, bahwa wanita merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah Suhanahu wa Ta'ala yang diciptakan dari belahan jiwa pria (pasangannya), bukan dari jiwa yang lain. </span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dijadikan sebagai isteri dan bukan sebagai pelayan, sebagaimana firman-Nya: "Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ada-lah, bahwa Dia (Allah) menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri." Adapun tujuan Allah menciptakan isteri adalah supaya sang suami cenderung kepadanya. Karena, cinta dimaksud merupakan persoalan hati dan hanya dengannya manusia memperoleh kebahagiaan hidup di dunia (Al Bahi Al Khulli, hal. 37).</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Pada saat resepsi pernikahan dilangsungkan, wanita (isteri) akan berada di sisi suaminya. Setelah itu, ia (sang isteri) akan memasuki kamar dan berkata kepada suaminya, bahwa ia berhutang kepada sang suami dan tidak tahu bagaimana cara membayarnya, walaupun hanya sebagian. Lalu sang suami menjawab, bahwa sebaik-baiknya pembayaran adalah keberadaan sang isteri di sisinya.</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Melalui ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta 'ala meletakkan dasar-dasar kehidupan yang penuh dengan perasaan dan kedamaian. Oleh sebab itu, sang isteri pun harus bisa menjadi tempat berlindung (penyejuk hati) bagi sang suami setelah seharian berjuang atau bekerja mencari nafkah dan bersandar kepada kasih sayangnya pada saat merasakan letih yang disebabkan pekerjaan dan usahanya. Seorang isteri hendaknya selalu tampak gembira dan berwajah manis pada saat akan bertemu dengan suaminya. Atau pada saat mendengar pembicaraan suaminya serta berbicara kepadanya dengan lembut dan manis agar dapat mengurangi bebannya.</span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Hendaknya sang isteri juga dapat selalu berbagi rasa kepada suaminya, agar ia dapat melepas dahaganya akan hubungan seksual dengan segala kecintaan dan kasih sayang. Sehingga hatinya pun akan terhindar dari perbuatan yang diharamkan, terhindar dari kehinaan dan pelampiasan nafsu yang amoral ("Islam dan Kehidupan Biologis", hal. 21-22, karangan, Mahmud bin Syarif) </span><br /><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Untuk itu, dapat kita saksikan bersama bahwa, apakah seorang isteri yang selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan sepanjang harinya akan mampu menunaikan segala kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan sang suami serta mampu meringankan segala kesedihan dan beban pekerjaan suaminya?</span></div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-37558486551099715522011-06-18T16:12:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.008+07:00Agama-agama lain pun ada Imam Mahdi<div style="text-align: justify;">Kalau kita beranggapan bahwa hanya di dalam agama Islam saja yang ada Imam Mahdi, maka eloklah kita berpikir sekali lagi. Asumsi tersebut tidak tepat sama sekali, dan lebih bersifat asumsi melulu. Seharusnya kita meninjau persoalan ini dengan lebih teliti dan seksama. Yang berbeda adalah dari segi nama, sikap, cara hidup, tujuan turunnya, masa turun dan tempat turunnya.<br /><br />Jika dilihat dalam agama lain pula, ada juga konsep Imam Mahdi ini. Kebanyakan agama di dunia ini sangat menantikan kedatangan seorang sang penyelamat yang akan membebaskan mereka dari kezaliman, kesengsaraan dan penindasan. Selain Islam, agama-agama lain seperti Yahudi, Kristen, Majusi dan Hindu juga sangat menantikan kedatangan seseorang yang bakal muncul membawa keamanan dan keadilan kepada dunia.<br /><br />Orang-orang Yahudi mazhab ortodoks percaya bahwa akan lahir Imam Mahdi dari kalangan mereka. Mereka percaya Imam Mahdi ini akan lahir dengan segala macam keramat dan kelebihan, akan mengembalikan mereka ke tanah tumpah asal mereka, Yerusalem, Bukit Tursina dan Palestina. Mereka ini disebut kaum Messianic yaitu kaum yang percaya akan tibanya sang Juruselamat. Kata Messianic itu sendiri datang dari kata Messiah, yaitu orang yang disebut 'Imam Mahdi' (menurut ajaran agama mereka).<br /><br />Pernyataan tentang Imam Mahdi ada disebutkan dengan jelas sekali di dalam Taurat yang asli dan karena itulah hal ini sangat diyakini oleh orang-orang Yahudi, sebelum akhirnya kelompok Zionis melarang umatnya mempercayai hal-hal keramat sedemikian. Hal yang demikian juga juga dicatat di dalam sejarah orang-orang Yahudi zaman pertengahan dahulu.<br /><br />Kepercayaan akan tibanya Messiah yang dinanti-nanti, yang membawa mereka kembali ke Palestina, memenangkan bangsa Yahudi atas semua bangsa di dunia, menghapus semua agama lain, penuh dengan kekeramatan yang sangat luar biasa dan sangat dikultuskan oleh mereka, akhirnya berhasil dihapus setelah ajaran sekular Zionis dipaksakan ke atas semua umat Yahudi mulai tahun 1890 Masehi.<br /><br />Sejak itu, semua anggapan terhadap kehebatan Messiah yang dinanti-nantikan itu lenyap dan orang-orang Yahudi kembali ke 'alam nyata' dan berusaha sendiri membangun bangsa dan negara mereka tanpa perlu menunggu-nunggu dan mengharapkan kedatangan Messiah itu lagi. Orang-orang Yahudi setelah itu mulai meninggalkan khayalan keramat Imam Mahdi mereka dan hidup dalam dunia nyata mereka sampai ke hari ini.<br /><br />Dalam Kitab Perjanjian Lama, Kitab Kejadian (Genesis) 18:20<br /><br />"Dan untuk Ismail, Aku mendengar doanya; Sungguh, Aku akan memberkatinya dan menjadikannya mewah dan Aku akan kembang biakkan keturunannya, Dua Belas Raja akan dilahirkannya dan Aku akan jadikannya bangsa yang besar"<br /><br />Sedangkan di dalam Perjanjian Lama yang diturunkan kepada Nabi Daud AS, ada dituliskan satu ayat yang bunyinya (terjemahannya) kira-kira begini:<br /><br />"... Dan Alah akan memunculkan para wali yang akan menjadi pemilik dunia ini dan menyelesaikannya selama-lamanya" (Mazmur 37, 10-37).<br /><br />Selain kepercayaan yang demikian, untuk orang-orang Yahudi, karena mereka telah kehilangan tanah suci dan tanah asal mereka, lalu dijadikan budak oleh bangsa Kaldea dan Suryani pada zaman dahulu, mereka menjadikan salah seorang nabi mereka sebagai Mahdi yang akan muncul, yang bakal menyusun kembali bangsa Yahudi dan akan mengembalikan mereka ke tanah suci yang dijanjikan itu, pada masa depan.<br /><br />Menurut kepercayaan itu, orang-orang Yahudi menganggap bahwa Nabi Elijah (Nabi Ilyas AS) telah diangkat ke langit oleh Tuhan, belum mati, dan akan diturunkan kembali ke dunia ini pada akhir zaman untuk menyelamatkan anak-anak Israel dari kesusahan dan kezaliman. Itulah Mahdi mereka. Menurut Islam, memang pun Nabi Ilyas AS belum mati, dan akan muncul kembali pada zaman Imam Mahdi tetapi bukan beliau yang menjadi Imam Mahdi. Ia hanyalah salah seorang pengikut Imam Mahdi, sebagai pembantu kanan Imam Mahdi.<br /><br />Orang Kristen juga sangat yakin dengan konsep Imam Mahdi ini, yang konon akan lahir dari kalangan penganut agama mereka pula. Dan konsep kepercayaan ini lebih bersifat literal (dari mulut ke mulut) dan bukan merupakan satu kepercayaan yang diwajibkan mempercayainya. Apa yang jelas, Imam Mahdi yang dimaksudkan itu sebenarnya adalah Nabi Isa As sendiri. Hasilnya, sebagian besar saja yang percaya, sedangkan sebagian yang lain tidak menyatakan kepercayaan mereka atau langsung tidak percaya.<br /><br />Mereka juga, sebagian besar, percaya bahwa Nabi Isa AS pun akan turun ke dunia ini sekali lagi untuk mengamankan seluruh bumi ini. Maka tidak heran (sebagai hasilnya) jika di negeri Cina, ada orang Cina beragama Kristen yang mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi dan sekaligus jelmaan suci Nabi Isa AS. Beliau adalah Hung Hsiu-chuan, pemimpin Gerakan T'aiping pada tahun 1890 yang amat terkenal itu.<br /><br />Nietzsche, seorang tokoh sastra terkenal di Jerman, juga mengaku dirinya Jesus, sekaligus sebagai sang penyelamat. Dia mengirim surat kepada raja-raja dan pembesar-pembesar yang mengandung tuduhan bahwa dirinya sebagai Jesus. Kondisi yang sama juga dilaporkan terjadi di Eropa Timur dan Amerika Utara. Malah di Amerika Latin juga, ada dilaporkan orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai Imam Mahdi, sekaligus sebagai Yesus. Afrika sendiri tidak terkecuali karena baru-baru ini seorang pendeta bernama Maitreya turut mendakwa dirinya sebagai jelmaan kembali Jesus, dan sekaligus menjadi Imam Mahdi untuk umat Kristen.<br /><br />Agama Hindu juga sangat yakin dengan kedatangan seorang Mahdi yang akan mengembangkan ajaran agama Hindunya ke seluruh dunia, pada akhir zaman kelak. Disebutkan gelarnya Mansur atau Maha Shiva atau nama sebenarnya Mahmat atau Ahmad. Selain itu ada beberapa nama lagi yang diberikan kepadanya, sebagai menunjukkan ketinggian kemuliaannya dan besar kedudukannya.<br /><br />Dalam kitab "Veda" yaitu salah satu kitab suci dalam agama Hindu, tertulis suatu ayat yang terjemahannya kira-kira begini:<br /><br />"Pada akhir (umur) dunia, setelah terjadi penyimpangan di muka bumi, (muncul) seorang pemimpin yang dipanggil Mansur. Dia akan menguasai seluruh dunia, dia amat dikenal oleh setiap orang baik yang beriman atau yang kafir, dan apa saja yang dipintanya, Tuhan akan tunaikan dia ".<br /><br />Selain itu, para penganut Hindu juga percaya, berdasarkan keterangan kitab mereka bahwa Dewa Krisyna adalah seorang dewa jejaka yang bujang, tidak pernah menikah. Ia digambarkan sebagai seorang pemuda yang sedang disalib dengan ditebuk kedua tangan dan kedua kakinya. Pada tengah dadanya tergambar ulu hati manusia, sedangkan kepalanya pula memakai mahkota. Menurut kepercayaan mereka lagi, Dewa Krisyna itu akan turun kembali ke dunia ini pada akhir zaman untuk menyelamatkan manusia dan dunia ini dari segala bencana. Maknanya, selain Imam Mahdi, Dewa Krisyna juga akan turun membantu mengamankan dunia ini.<br /><br />Umat Buddha juga yakin dengan kedatangan Mahdi yang akan membersihkan dunia ini dari kekejaman, dan Mahdi itu disediakan dengan segala macam kuasa hebat dan ilmu sakti (keramat menurut Islam). Mahdi yang dimaksudkan itu disebut sebagai Shammaraja (Raja yang Sangat Adil). Nama asli dan tempat lahir Mahdi itu tidak dinyatakan dengan jelas. Tetapi mereka percaya, pada pengumuman para biksu mereka, zaman sekarang ini adalah zaman untuk Shammaraja itu memunculkan dirinya dan menyelamatkan dunia ini.<br /><br />Mereka juga percaya bahwa Siddharta Gautama, pendiri agama Buddha itu, yang dikatakan datang dari kalangan bangsawan Sakra di negeri Kapilawastu (di Nepal sekarang) adalah dari kelahiran tunggal, dan akan turun kembali ke dunia ini pada akhir zaman kelak untuk membersihkan dunia dari kesengsaraan dan kekejaman . Tapi, konsep ini sebenarnya sama dengan kepercayaan penurunan semula Nabi Isa AS ke dunia ini seperti yang ada di dalam agama Kristen dan agama Islam.<br />Orang-orang Majusi aliran Mazda, yang menganut ajaran ciptaan Zarathustra (Zoroaster) yaitu kaum penyembah api suci, yang jumlahnya hari ini kira-kira setengah juta orang di Iran dan beberapa ribu lagi di India, juga yakin dengan konsep Imam Mahdi. Ajaran mereka menyatakan bahwa tiga orang penyelamat besar akan muncul, dimulai oleh Aushedar dan diikuti pula oleh Aushedar-mah. Yang terakhir keluar adalah seorang pria perkasa bernama Saoshyant / Shayoshant, yang berasal dari anak cucu Zoroaster, yang akan muncul dan menghancurkan ahriman, kekuasaan jahat, sekaligus membersihkan dunia ini dari kegelapan dan kesengsaraan. Dia memerintah dunia dengan adil dan saksama selama seribu tahun, mendirikan kerajaan Ahura Mazda yang sepenuhnya. Mereka tidak menyebutnya dengan sebutan Mahdi tetapi maksudnya sama dengan Mahdi bagi umat Islam. Dan dari ajaran Mazda inilah orang-orang Syiah menerapkan konsep Imam Mahdi mereka, karena meyakini Imam Mahdi Syiah itu akan memerintah dunia ini selama seribu tahun.<br /><br />Untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut, kitab 'Yanaseb / Yasna' yang ditulis oleh salah seorang murid kanan Zoroaster yang mendirikan agama Majusi itu membuat penyataan yang terjemahannya berbunyi kira-kira:<br /><br />"Dari jazirah tanah Arab, dari anak cucu Hasyim, seorang pria yang kepalanya besar, badannya besar dan berkaki besar akan muncul, lalu melanjutkan agama kakeknya dengan pasukan yang besar, datang ke Iran lalu memerintah dunia dan memenuhkan bumi ini dengan keadilan".<br /><br />Demikianlah sekelumit pandangan dan penyataan tentang turunnya sang penyelamat bagi beberapa buah agama besar dunia, seperti yang kita dapati dari kitab-kitab suci agama masing ¬ masing. Semoga ilmu dan pemahaman kita akan bertambah setelah membaca keterangan ini. Cuma kita tidak harus peduli sangat tentang kepribadian sang penyelamat mereka itu, karena yang demikian tidaklah perlu diambil perhatian. Tidak perlu diulas benar atau tidaknya kepercayaan mereka ini, sebab kalau pangkalnya yakni akidahnya saja pun sudah sesat, maka ujung-ujungnya pastilah sesat juga. Mustahil pangkal yang sesat dapat menghasilkan hujung yang betul. Maka apa-apa jua keterangan dari mereka tidaklah dapat menambahkan apa-apa kepada kita dan tidak pula mampu mendatangkan apa-apa kesan buruk kepada kita.<br /><br />Yang perlu ditekankan di sini adalah, begitulah terkenalnya sekali tokoh istimewa ini, sampai setiap bangsa, dari setiap agama, pada setiap tempat dan pada setiap zaman, ada saja dilaporkan orang yang mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi, atau orang lain mendakwakan bahwa si anu itu adalah Imam Mahdi. Malah, orang yang telah benar-benar mati pun tidak terlepas dari diklaim sebagai bakal Imam Mahdi! Yang peliknya, ramai pula yang terus percaya bulat-bulat, meskipun tidak ada persamaan antara individu yang didakwa itu dengan sifat-sifat Imam Mahdi seperti yang telah digariskan oleh hadits-hadits.<br /><br /><br />Ramalan Peramal-Peramal Terkemuka<br /><br />Selain keterangan dari setiap agama besar di dunia ini, ada pula sekelompok peramal yang terkenal di dunia yang turut meramalkan kedatangan Imam Mahdi atau seorang pemimpin yang bertaraf dunia, yang akan turun untuk menjalankan pemerintahan yang sangat adil, pada zaman ini, pada abad ini, abad ini dan alaf ini. Memang memprediksi sesuatu ramalan adalah suatu perbuatan yang buruk, bisa mendatangkan dampak besar kepada akidah kita. Namun prediksi yang bertepatan maksudnya dengan pengumuman hadits-hadits, berita-berita dari asar para sahabat RA, kasyaf para wali dan firasat para mukmin tidak salah jika disebutkan, karena keterangan mereka ini sebenarnya membantu menjelaskan lagi maksud hadits-hadits, asar-asar, kasyaf -kasyaf dan firasat ¬ firasat itu. Hal ini sebenarnya tidak mempengaruhi iman kita jika cara dan tempatnya.<br /><br />Sebagian mereka ini adalah peramal semata-mata, sedangkan sebagian lagi adalah orang ¬ orang besar untuk agama masing-masing, yang telah menerapkan standar kasyaf pula, yaitu menurut pandangan agama mereka.<br /><br />Antara peramal internasional yang sangat terkenal pada hari ini adalah Michel de Nostredame atau Nostradamus, suatu nama yang hampir sudah tidak perlu diperkenalkan lagi, karena sudah begitu terkenalnya. Prediksi-prediksinya sudah umum tersebar dan bukan sedikit pula yang sudah menjadi kenyataan. Antara prediksinya yang sangat menggoncangkan dunia Barat adalah bahwa seorang pemimpin baru bertaraf dunia akan muncul, Islam akan kembali menguasai dunia pada alaf baru ini, dan seterusnya memerangi Kristian-Eropa.<br /><br />Prediksinya bahwa seorang pemimpin baru beragama Islam akan muncul dan seterusnya menguasai seluruh dunia adalah berdasarkan ramalan beliau seperti berikut:<br /><br />Di tahun 1999 dan tujuh months<br />dari sky wil come the great King of Terror.<br />He wil bring back to life the King of the Mongols;<br />Before and after, war reigns.<br /><br />Tempat muncul pemimpin tersebut adalah di sebuah negara di sebelah Timur, bukan di negara Arab atau di sebelah Barat, berdasarkan prediksi berikut:<br /><br />Dari tiga water signs (seas) wil be born a man<br />who wil celebrate Thursday as his feast day.<br />His renown, praise, reign, and power wil grow<br />on land and sea, bringing trouble to the East.<br /><br />Pemimpin tersebut akan memimpin pasukan yang besar jumlahnya untuk menyerang dan menaklukkan Eropa, dan dibantu oleh seluruh umat Islam.<br /><br />One who the infernal gods of Hannibal<br />wil cause to be reborn, terror of al mankind<br />Never more horror nor the newspapers telp of worse in the past, then wil come to the Romans through Babel (Irak).<br /><br />Pemimpin tersebut memerangi, mengalahkan dan memasuki Eropa dengan memakai sorban biru, membawa hukum Islam untuk diamalkan oleh seluruh penduduk Eropa, dan peristiwa besar inilah yang amat menakutkan setiap hati pemimpin Kristen dan Yahudi.<br /><br />This king wil enter Europe wearing a blue turban,<br />he is one that shal cause the infernal gods of Hannibal to live again.<br />He wil be the terror of mankind.<br />Never more horror.<br /><br />Selain itu, Sami-sami Hindu di India turut meramalkan melalui prediksinya beberapa tahun lalu bahwa bakal Perdana Menteri Malaysia setelah ini bukan lagi dari kalangan orang politik. Diberitakan bahwa Perdana Menteri Malaysia pernah mengemukakan beberapa nama untuk ditenung sebagai bakal Perdana Menteri supaya dapat dilantik sebagai Wakil Perdana Menteri. Semua nama yang dikemukakan itu ditolak karena diberitahu nama-nama mereka itu tidak ada dalam daftar sebagai pengganti Perdana Menteri. Sahih atau tidak berita ini, tidak dapat dipastikan.<br /><br />Jelaslah bahwa orang yang bakal menjadi Perdana Menteri Malaysia setelah ini tidak lagi dari kalangan orang-orang politik. Selain itu, seorang ulama besar di Malaysia telah baru-baru ini membuat pernyataan bahwa tokoh agama akan menjadi pemimpin Malaysia pada alaf baru ini. Kebetulan pula, Malaysia ini dikatakan sebagai pusat kebangkitan Islam kali kedua, pada akhir zaman, yaitu zaman kita ini. Jika dikaitkan kedua-dua penyataan ini, bagaikan ada kaitan yang erat antara keduanya.<br /><br />Anak murid Wali Songo yang amat terkenal di Pulau Jawa, Sabdopalon, turut menyebutkan bahwa Imam Mahdi akan dibaiat oleh sembilan tokoh Wali Ghausul Alam yang dipimpin oleh seseorang dari Malaysia yang disebutkan sebagai Syaikh Malaya. Ia menyebutkan bahwa,<br /><br />"Imam Mahdi datang dengan pakaian serba putih dibantu oleh Rijalu'lah Ghaib atau juga disebut Wali Ghosul'alam sembilan yang di antaranya adalah Seh Malaya yang turun di Tanah Arab."<br /><br />Salah seorang Wali Songo yaitu Sunan Gunung Jati, turut membuat ramalan berdasarkan kasyaf dari Allah bahwa kebangkitan Islam kali kedua ini akan dipimpin oleh seorang tokoh yang memakai serban. Dia dikatakan sangat berpegang teguh pada sorban kanjeng (ekor serban) Nabi Muhammad SAW. Yang dimaksud dengan sorban kanjeng itu adalah pemimpin umat yang terakhir, sesuai dengan posisi ekor serban yang terletak di ujung sekali. Sorban kanjeng juga bermaksud mengikut benar-benar setiap sunnah yang diamalkan oleh baginda Rasulullah SAW semasa hayatnya dahulu.<br /><br />Peramal dari Jawa yang disebut sebagai Pangeran Wijil, yang mengarang Kitab Rangka Jayabaya, turut membuat ramalan bahwa pemimpin yang dimaksudkan itu, lahir di Makkah, memakai serban yang berlambang bunga tujuh cabang, orangnya selalu kesandung kesampar. Dia tidak pernah diduga akan menjadi pemimpin umat manusia pada suatu hari nanti. Dikatakan lebih lanjut lagi bahwa sebelum raja baru ini muncul, akan terjadi huru-hara dan kerusuhan. Dan raja itulah yang akan menjadi orang tengah atau pengaman di antara pihak yang sedang bergaduh itu. Tanpa diduga-duga, orang ramai pun setuju melamar sebagai pemimpin mereka karena jasanya yang sangat besar itu dan kemampuannya yang menakjubkan itu.<br /><br />Demikianlah sedikit lagi keistimewaan yang ada pada pribadi yang bergelar Imam Mahdi ini. Memang Imam Mahdi itu sungguh-sungguh adalah Orang Alah, orang yang dibesarkan karena memang orang besar Tuhan, besar namanya, besar kedudukannya, patut dibesarkan dan perlu disebut secara besar-besaran pula. Sambutan pada kemunculannya kelak, juga akan dilakukan secara penuh besar-besaran, amat meriah, penuh gembira, sepenuh-penuh kesyukuran, sesuai dengan kedudukannya sebagai orang besar Allah itu. Tidak ada sambutan yang lebih besar dan meriah selain sambutan terhadap kedatangannya ke dunia ini.<br /><br />Dan, akibat dari kepercayaan kepada munculnya Imam Mahdi yang sangat istimewa inilah, muncul dari waktu ke waktu orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu itu. Mereka ini langsung tidak merasa malu dengan tuduhan kosong mereka itu. Setelah beberapa lama waktu berlalu, ternyata pula dakwaan mereka itu adalah palsu dan tujuan mereka di sebalik dakwaan itu terbongkar. Biasanya, mereka langsung tidak berhasil mendirikan pemerintah Mahdiyahnya, malah gagal pula mengubah keadaan masyarakat setempatnya kepada yang lebih baik, sedangkan yang demikian itu wajib berlaku karena telah disebutkan oleh hadits-hadits.</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-29567508742607751562011-06-17T16:10:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.008+07:00Persoalan Imam Mahdi Adalah Persoalan Sejagat<div style="text-align: justify;">Masalah Imam Mahdi adalah masalah yang sangat rumit dan sulit pula untuk diuraikan dengan tepat, jika dilihat dari segi ilmu sosiologi modern, ilmu hadits, ilmu sejarah dan ilmu tauhid. Ada berbagai tanggapan dan tafsiran yang dapat dirumuskan dari setiap pengakuan yang dibuat oleh para ulama dan sarjana.<br /><br />Masalah ini adalah masalah yang paling kontroversial di kalangan umat Islam sejak dahulu sampai sekarang. Masalah Imam Mahdi ini bisa juga dikatakan sebagai masalah universal, yang melibatkan semua agama di dunia, apakah agama samawi atau wasni. Sebabnya, Imam Mahdi itu adalah pemimpin global, pemimpin untuk seluruh manusia, bukan sekedar pemimpin umat Islam atau sekelompok manusia saja.<br /><br />Sejak dari zaman tabiin dan tabiit tabiin lagi, masalah Imam Mahdi sudah muncul dan ini menyebabkan banyak pihak mencoba mengambil peluang ini untuk menonj olkan diri dan keluarganya, bahkan tanah airnya kepada masyarakat umum dengan pengakuan sebagai Imam Mahdi yang ditunggu ¬ tunggu itu. Ini adalah berdasarkan beberapa riwayat yang dapat dikutip dari para tabiin lagi. Salah satunya adalah seperti berikut.<br /><br />Khalid bin Samir RH berkata,<br /><br />"Musa bin Thalhah bin Ubaidilah lari dari (kejaran tentara) Al-Mukhtar ke Kota Basrah karena penduduknya percaya bahwa dia adalah Imam Mahdi."<br /><br />Riwayat di atas menunjukkan dengan jelas memang masalah Imam Mahdi sudah dikatakan sejak dari zaman tabiin lagi, dan tidak heran jika ia terus diperkatakan sehingga kini.<br /><br />Sementelahan pula, orang banyak memang diakui sepanjang zaman sebagai tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai Imam Mahdi, meskipun diakui pula bahwa mereka cukup berminat dengan nama besar itu. Hal ini dikarenakan periwayatan tentang Imam Mahdi jarang atau tidak dilakukan secara terbuka dan terus terang karena ditakuti ada side efect dari pihak pemerintah pada zaman masing-masing terhadap diri mereka.<br /><br />Jika didasarkan masalah ini secara umum, terdapat dua kelompok utama di kalangan umat Islam. Golongan pertama adalah kaum yang amat yakin akan kemunculan Imam Mahdi sehingga sebagiannya jadi berlebih-lebihan pula keyakinan mereka itu, pada hal itu tidaklah dituntut, melainkan jika ada bukti yang sahih, Kabar yang yakin dan sumber yang hak. Akibatnya mereka jadi tersalah dan sesat. Kedua, adalah golongan yang langsung tidak mau percaya akan kemunculan Imam Mahdi sehingga memandang ringan masalah ini seringan-ringannya. Akibatnya, mereka kehilangan satu ilmu yang sangat berguna pada masa ini, masa umat Islam sedang begitu lemah akibat ditekan-tekan oleh pihak musuh dari semua arah. Deskripsi lanjut tentang itu pada pada bagian ¬ bagian berikut nanti.<br />Memang diakui bahwa Imam Mahdi adalah harapan terakhir, batas terakhir dan benteng terakhir umat Islam. Beliaulah sebenarnya sumber agama dan penaik semangat umat Islam untuk melanjutkan hidup dalam tekanan yang maha hebat oleh pihak musuh pada zaman ini. Nama Imam Mahdi itu sendiri pun sudah menjadi 'bara yang terpendam' di dalam lubuk hati setiap umat Islam yang sedang gigih berjuang menegakkan kalimah Allah di atas muka bumi ini.<br /><br />Jika kita melihat berdasarkan sejarah umum di kalangan umat Islam, sudah ada lebih tiga ribu pribadi di seluruh dunia yang telah mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi sejak pertengahan tahun 200 Hijrah lagi sehinggalah ke hari ini. Sebagian pula dinyatakan orang lain sebagai Imam Mahdi, sedangkan dia tidak pernah mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi. Ini sebenarnya melibatkan semua mazhab dalam Ilmu Tauhid seperti Ahlus Sunnah wal Jamaah, Syiah, Khawarij dan lain-lain lagi.<br /><br />Pada setiap tahun, ada saja terdengar berita bahwa si anu mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi dan berbasis di sekian sekian tempat. Pengikutnya pula memakai tanda-tanda atau pakaian tertentu, dengan slogan-slogan tertentu dan dengan tujuan yang tertentu pula. Ada yang radikal, ada yang sederhana radikal dan ada yang terus-menerus bergerak secara sembunyi-sembunyi, tanpa menampakkan sebarang tanda.<br /><br />Pergerakan kelompok mereka sangat rahasia, tidak diketahui oleh orang luar. Mereka memiliki buku-buku referensi sendiri yang isinya amat pelik dan tidak ada kena-mengena dengan syariat, yang tidak bisa dibacakan kepada orang banyak secara terbuka. Praktek yang mereka lakukan juga jauh menyalahi amalan yang lazim ada di dalam syariat kita. Fatwa-fatwa mereka amat pelik dan tidak sesuai dituruti oleh orang banyak secara bebas, dibuat oleh ketua mereka dan hanya sesuai untuk penggunaan internal saja.<br /><br />Kita seharusnya mengakui bahwa yang benar tetap benar, sedangkan yang salah itu tetaplah salahnya. Tidak bisa yang benar itu disalah-salahkan dan yang salah itu sedaya upaya mencoba juga diizinkan, meskipun tidak bisa dan tidak mungkin dapat dibenarkan. Maka ikhtilaf atau kontroversi di sekitar persoalan Imam Mahdi ini amatlah membutuhkan penjelasan yang tidak berat sebelah, tidak dipengaruhi oleh apapun sentimen dan sikap taksub, supaya kekeliruan yang menyelubunginya selama ini dapat diselesaikan dengan baik dan tidak lagi berlarutan.<br /><br />Demikianlah universalitasnya isu Imam Mahdi ini. Isu ini adalah isu yang cukup tersembunyi, sangat misterius dan sangat luas dikatakan. Isu ini memang cukup tersembunyi tetapi cukup membara, panas sepanjang waktu, sejak dari dahulu lagi hingga hari ini. Isu Imam Mahdi ini cukup menarik sehingga setiap bangsa, setiap agama, setiap waktu dan setiap tempat di bumi ada memiliki Imam Mahdinya sendiri.<br /><br />suatu hal yang tidak terbatas pada sesuatu perbatasan negara saja karena hampir setiap negara di dunia ini memiliki Imam Mahdi mereka sendiri. Tidak terbatas pada sesuatu perbatasan saja karena pada setiap zaman itu ada Imam Mahdinya sendiri apakah benar atau palsu. Tidak terbatas juga pada sesuatu bangsa saja karena semua bangsa memiliki Imam Mahdi mereka sendiri sama ada benar atau palsu. Tidak juga terbatas pada sesuatu perbatasan agama saja karena hampir setiap agama ada memiliki Imam Mahdi mereka sendiri. Hanya nama, sifat dan gelarnya saja yang berbeda. Dan yang paling menarik adalah, setiap hati yang beriman pasti mau tidak mau amat mengharapkan kedatangan seorang Juruselamat yang bakal menyelamatkan mereka dari terus karam dan tenggelam dalam berbagai cobaan dan dugaan saat, yang ternyata amat melemaskan hati beriman mereka.</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-48870600274738984792011-06-16T16:07:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.008+07:00Jenis-jenis al-Mahdi<div style="text-align: justify;">Berdasarkan uraian dan keterangan ulama terdahulu, ada beberapa jenis al-Mahdi. Jika digabungkan semua pendapat dan argumen para ulama sejak zaman ke zaman, maka didapatlah beberapa jenis Mahdi. Berikut ini adalah beberapa jenis Mahdi dan uraiannya secara serba ringkas.<br /><br />1. Mahdi dalam hal kebaikan, yaitu Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Maka tidaklah salah jika kita menempatkan seseorang sebagai Imam Mahdi karena Khalifah Umar bin Abdul Aziz sendiri digelar orang sebagai Imam Mahdi, selagi yang dimaksudkan itu bukan Imam Mahdi yang sebenarnya. Tidak bisa kita menghukum sesat kepada seseorang yang mengklaim orang lain sebagai Imam Mahdi, selagi yang didakwa itu bukan berarti Imam Mahdi sebenarnya. Jika gelar Mahdi itu salah jika diberikan kepada seseorang, tentulah para tabiin menjadi orang pertama yang menentangnya dengan sekeras-kerasmya. Mereka jugalah yang pertama yang akan menghukum si pendakwa itu sebagai sesat, syirik dan membahayakan akidah.<br /><br />2. Mahdi dalam hal peperangan yaitu orang yang selalu bergelimang dalam perang fi sabilillah. Dalam kasus ini, Mahdi yang dimaksudkan adalah sekelompok orang, yaitu orang ¬ orang yang istiqamah dalam urusan perjuangan mereka itu, demi vertikal dan meninggikan kalimat Allah di atas muka bumi ini.<br /><br />3. Mahdi dalam hal agama yaitu Isa bin Maryam AS. Beliau adalah orang yang sempurna Mahdinya yaitu tidak pernah melakukan dosa dan maksiat, yang bersifat dengan maksum, karena beliau adalah seorang nabi dan rasul, bahkan rasul yang Ulul 'Azmi. Maka karena itulah ia dianggap sebagai Imam Mahdi yang sempurna agamanya. Pemerintahannya atas seluruh dunia setelah kemangkatan Imam Mahdi adalah suatu yang pasti karena sudah disebutkan oleh Rasulullah SAW sendiri.<br /><br />4. Mahdi dalam hal pemerintahan yaitu Khulafa ur-Rasyidin yang berempat. Mereka dikatakan khalifah 'yang mendapat petunjuk' dalam pemerintahan mereka. Dan penggunaan istilah 'yang mendapat petunjuk' itu berarti bahwa mereka juga adalah al-Mahdi untuk umat ini, dan jumlah al-Mahdi ini adalah empat orang seperti yang lazim diketahui umum.<br /><br />5. Imam al-Mahdi yang Muntazar, hanya seorang saja yaitu Muhammad bin Abdullah, Ahlulbait AS. Inilah al-Mahdi yang sebenarnya, yang telah menimbulkan terlalu banyak kontroversi, suatu jabatan yang cukup diminati oleh sekian banyak orang, yang dibuktikan dengan terlalu banyaknya dakwaan sebagai Imam Mahdi. Namun satu hal yang pasti adalah, al-Mahdi yang sebenarnya tetaplah Imam Mahdi, sedangkan yang palsu tetap akan lenyap. Ini sesuai dengan firman Allah SWT, "Bila datang yang hak, yang batil pasti akan sirna ..."<br /><br />6. Mahdi palsu yang selalu muncul di sana-sini dari waktu ke waktu. Inilah al-Mahdi palsu, yaitu golongan yang mencoba mengambil kesempatan pada kebodohan dan kelemahan umat Islam untuk tujuan pribadi. Namun yang batil tetaplah batil, akhirnya pasti akan lenyap ditelan zaman, lenyap bersama-sama dengan lenyapnya si pendakwa dirinya Imam Mahdi itu.<br /><br />7. Mahdi di kalangan para aulia Alah. Mereka ini adalah wali-wali besar pada zaman mereka dan menjadi pemerintah untuk sekalian wali pada zaman masing-masing. Mereka ini adalah para Wali Qutub dan Wali Ghaus, yang memiliki peranan yang cukup besar dalam Wilayah Auliya. Peranan mereka tidak begitu terdeteksi oleh publik, tetapi cukup dirasakan oleh kalangan wali-wali dan para solihin.<br /><br />8. Mahdi yang diambil berkat yaitu orang yang menggunakan gelar al-Mahdi pada hujung namanya, bukan sebagai tokoh yang khusus. Oleh karena Mahdi itu bermaksud orang yang mendapat petunjuk, maka beberapa orang pemerintah juga menggunakan gelar al-Mahdi, dengan tujuan mengambil berkat dari pribadi sebenarnya yang digelar al-Mahdi itu. Orang Melayu menamakan anak mereka dengan Mahadi, sebagai mengambil berkat tersebut.</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-85054943933177680192011-06-15T16:06:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.008+07:00Deskripsi Bagi Istilah MAHDIDi dalam tulisan ini, penulis pada awalnya, sebenarnya tidaklah begitu berhajat untuk menguraikan secara lengkap akan maksud dan pengertian untuk istilah al-Mahdi itu. Para sarjana dan cendekiawan Islam di seluruh dunia telah menguraikan secara panjang lebar akan maksud kalimat Mahdi. Malah ada yang menulis risalah yang hanya menyebutkan asal-usul dan maksud kata Mahdi itu saja.<div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begitulah mendalam dan halusnya penelitian mereka terhadap soal istilah ini. Berdasarkan itu, penulis merasa tidak perlu menjelaskan maksud kata Mahdi tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun, terasa pula kekurangan yang nyata pada tulisan ini, karena para cendekiawan hari ini pasti tidak akan puas jika maksud istilah Mahdi itu tidak dijelaskan, biar pun berupa uraian pendek. Sebenarnya untuk penulis, uraian istilah tidaklah sepenting mana karena asal-usul penggunaan sesuatu istilah itu tidak membawa apa-apa kesan, melainkan jika istilah itu membawa makna sesuatu yang buruk. Selagi sesuatu istilah itu disetujui syariah, harus saja kita menggunakannya. Tidak perlu mengkajinya secara mendalam dan disusur secara halus.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kata Mahdi yang digunakan oleh orang-orang Melayu pada hari ini, berasal dari bahasa Arab jati, dipinjam oleh orang-orang Melayu dengan sedikit perubahan bunyi, yaitu Mahadi. Secara khusus di dalam bahasa Melayu, Mahadi atau Mahdi adalah merujuk kepada suatu jabatan yang sangat mulia, yang akan muncul di akhir zaman, membangun Islam dan meninggikannya di atas agama-agama lain. Biasanya orang-orang Melayu menyebutnya sebagai Imam Mahadi, sebagai suatu penghormatan kepada beliau. Malah ada orang Melayu menyebutnya sebagai beliau, merujuk kepada ketinggian keturunannya. Ada juga ulama yang menggunakan isim muannas, yaitu dengan menyebutnya Mahdiah, atau pengikut Mahdiah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sehubungan itu, untuk mengambil berkat dari gelar al-Mahdi itu, ramailah orang Melayu di Nusantara ini sejak dulu, menamakan anak mereka dengan nama Mahadi, baik secara tunggal atau ditambah nama lain di depan atau belakangnya. Misalnya Mahadi bin Abdullah. Yang ditambahkan namanya seperti Puteh Mahadi bin Puteh Ramli dan sebagainya. Yang dua di atas adalah sekedar contoh saja, bukan sebenarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun, orang-orang Melayu pada hari ini sudah kurang menghormati Imam Mahdi, karena para sarjana dan cendekiawan Islam-Melayu hanya menyebutkan beliau sebagai Mahdi atau al-Mahdi saja, tidak seperti yang lazim dilakukan oleh orang-orang Melayu zaman dahulu, yang memanggilnya Imam Mahadi untuk menghormati kepadanya. Dan dalam tulisan ini, penulis sendiri pun ikut banyak menggunakan istilah Mahdi atau al-Mahdi saja, untuk menghemat ruang, bukan karena terpengaruh dengan sebutan para cendekiawan tadi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menurut bahasa Arab pula, istilah al-Mahdi atau Mahdi berarti 'orang yang mendapat petunjuk'. Dari segi istilahnya pula, petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk dari Allah, yaitu sama dengan petunjuk yang pernah diterima oleh keempat orang Khalifah Rasulullah dahulu. Petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk untuk membawa seluruh manusia kepada Allah, petunjuk dalam kepemimpinan mereka dan petunjuk khusus untuk diri mereka, yang tidak didapat oleh setiap-barang orang, pada setiap-barang masa dan di segala-barang tempat saja.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mereka menjadi rute untuk orang banyak mendapatkan Tuhan mereka, sehingga mereka menjadikan Allah SWT itu penuh di segenap ruang hati mereka, selalu basah di ujung lidah mereka, selalu bergerak di setiap suku anggota tubuh mereka, selalu turun dan naik bersama-sama seluruh dan naiknya nafas mereka, selalu hidup bersama-sama roh mereka dan selalu mencahayai akal pikiran mereka. Tuhan itulah cinta kasih mereka, cinta agung mereka, bahkan segalagalanya Tuhanlah yang dihadapkan, berikutnya menjadi mereka bangsa yang tinggi imannya, tinggi takwanya, tinggi amalannya, tinggi agamanya dan tinggi sebutannya. Hal-hal inilah yang harus diperjuangkan kembali oleh kita, agar kita mendapatkannya kembali, suatu permata paling berharga yang telah sekian lama hilang dari dalam diri kita. Tenggelam ditelan oleh lubuk lumpur jahiliyah kali kedua yang lebih dikenal oleh kita sebagai jahiliyah modern.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Juga dimaksudkan bahwa siapa yang menurut sungguh-sungguh Imam Mahdi itu setelah munculnya kelak, akan diberikan petunjuk oleh Allah SWT kepadanya dalam urusan agamanya,</div><div style="text-align: justify;">akhiratnya dan dunianya. Dan orang yang tidak mau menurut Imam Mahdi itu, nyata dilihat oleh mata kasar, tidak akan mendapat petunjuk dari Allah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Maksud-maksud yang seni dan mendalam inilah yang masih terselimut kokoh dari pengetahuan para sarjana dan cendekiawan Islam, dan jika mereka tahu pun, tidak dapat diselesaikan atau diketemukan lagi. Demikianlah sedikit uraian tentang istilah Mahdi itu sendiri, dari persepsi dua bahasa dan dua bangsa, yang menguasai dunia dan memperjuangkan Islam pada dua zaman. Itulah bahasa Melayu dan bahasa Arab, bangsa Melayu dan bangsa Arab, yang menguasai dunia pada awal abad Hijrah dan pada akhir abad Hijrah, mereka jugalah yang gigih memperjuangkan Islam di awal abad Hijrah dan akhir abad Hijrah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dan seperti dimaklumi, al-Mahdi itu adalah gelarnya, bukan namanya. Namanya yang sebenarnya adalah Muhammad bin Abdullah. Namanya di langit adalah Ahmad. Sebab-sebab beliau disebut al-Mahdi itu adalah karena Rasulullah SAW sendiri yang menyebut beliau dengan panggilan al-Mahdi. Kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW harus menghormatinya dengan memanggilnya Imam Mahdi. Rasulullah SAW bisa memanggilnya Mahdi saja karena Imam Mahdi itu adalah anak cucunya, sedangkan kita adalah pengikut dan umatnya saja. Selain itu, beliau adalah seorang yang bertaraf rasul, sedangkan Imam Mahdi itu hanyalah seorang yang bertaraf wali saja. Layaklah beliau memanggilnya Mahdi saja. Beliau juga adalah rasul kita semua, dan Imam Mahdi itu adalah salah seorang umat beliau SAW sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dikarenakan itu pula, layaklah pula kita memanggilnya Imam, sebagai tanda kita sangat mengasihi dan menghormatinya. Hal ini sebenarnya telah disetujui oleh sekalian ulama, karena menurut mereka, gelar al-Mahdi itu adalah suatu gelar yang bersifat syar'i. Ulama hadis telah menyaring semua riwayat tentang sampai nyatalah kebenarannya. Demikian diuraikan akan katakata Al-Allamah al-Muhaddis as-Sayid Ahmad al-Ghumari.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain itu, ada dua buah asar sahabat RA yang menjelaskan sebab-sebab beliau dinamakan al-Mahdi. Ashar pertama datang dari riwayat Imam Amrud Dani al-Hafiz, dalam Sunannya. Ia mengambil riwayat dari Abdulah bin Syauzab, yang katanya, sebab beliau dinamakan dengan al-Mahdi adalah karena dinisbahkan kepada sebuah gunung di Syam, tempat lembaran-lembaran Taurat yang asli akan dikeluarkan kembali yang akan membuktikan kesesatan kaum Yahudi sampai mereka mengakui dan memeluk agama Islam. Maknanya, Imam Mahdi itu dapat membawa petunjuk kepada banyak kaum Yahudi yang amat kokoh dibelenggu oleh kesesatan itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Riwayat kedua adalah asar yang datang dari Kaab bin Alqamah yang berkata, sebab beliau disebut al-Mahdi karena ia memberi petunjuk dalam hal-hal yang tidak jelas atau tidak nyata. Ia juga akan mengeluarkan peti yang berisi lembaran-lembaran Taurat dan lain-lain. Riwayat ini telah dikeluarkan oleh Imam Nuaim bin Hamad dalam kitabnya, Al-Fitan. Singkatnya, Imam Mahdi adalah orang yang dapat memberi petunjuk dalam hal-hal yang selama ini tidak jelas atau tidak nyata, sampai nyatalah hukumnya dan rahasia-rahasianya kepada sekalian umat Islam dan juga orang-orang bukan Islam, termasuk orang-orang Yahudi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain itu, istilah al-mahdi di dalam bahasa Arab juga berarti buaian. Ini adalah istilah yang umum digunakan oleh orang Arab, bahkan ada beberapa buah hadits yang menggunakan istilah almahdi dengan arti buaian. Misalnya sebuah hadits dhaif yang selalu kita dengar yang menyatakan kewajiban menuntut ilmu sejak dari dalam buaian sampai ke liang lahat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Para pengikut Imam Mahdi disebut Mahdiyyin atau Mahdiyyun, yang artinya kaum Mahdi atau pengikut Imam Mahdi. Istilah ini masih belum digunakan secara umum lagi pada hari ini karena para pengikut Imam Mahdi masih belum dapat ditentukan batang tubuhnya oleh orang banyak. Juga karena Imam Mahdinya sendiri pun masih belum keluar ke dunia ini, maka pengikutnya pun masih belum ditentukan lagi. Yang pasti, pengikut Imam Mahdi ini bukanlah orang yang biasa, bahkan merupakan orang-orang yang sangat istimewa pada zamannya dan amat terpilih di antara yang amat terpilih.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Istilah Mahdiyyin atau Mahdiyyun juga digunakan untuk kelompok atau golongan yang mempercayai konsep Imam Mahdi, atau menerima hadis-hadis tentang Imam Mahdi dengan penuh yakin di dalam hati. Golongan ini adalah mayoritas masyarakat Islam sejak dahulu sampai ke hari ini, didahului oleh para ulama muktabar yang bertaraf mujaddid dan mujtahid, mendapat derajat wali-wali besar dan utama di kalangan umat ini.</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-34717290708528121662011-06-14T17:31:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.009+07:00MEMAHAMI RAHASIA AL-QURAN (Al-Quran, Sebuah Kitab yang Sempurna)Al-Quran memuat dan menerangkan tujuan puncak umat manusia dengan bukti-bukti kuat dan sempurna. Dan tujuan itu akan dapat dicapai dengan pandangan realistik terhadap alam, dan dengan melaksanakan pokok-pokok akhlak dan hukum-hukum perbuatan. Al-Quran menggambarkan tujuan ini secara sempurna. Allah berfirman:<br /><br />"Menunjukkan kepada kebenaran dan jalan yang lurus." (QS 46:30)<br /><br />Di tempat lain, setelah menyebutkan Taurat dan Injil, Allah berfirman:<br /><br />"Kami turunkan Al-Quran kepadamu dengan membawa kebenaran, untuk membenarkan dan mengoreksi kitab yang sebelumnya. " (QS 5:48)<br /><br />Mengenai bahwa AI-Quran mengandung pokok syariat para Nabi, Allah berfirman:<br /><br />"Dia mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh, dan yang Kami wahyukan kepadamu, dan agama yang telah diwasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa." (QS 42: 13)<br /><br />Mengenai bahwa Al-Quran meliputi segala sesuatu, Allah berfirman:<br /><br />"Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu." (QS 16:89)<br /><br />Kesimpulan dari ayat-ayat tadi ialah bahwa Al-Quran mengandung kebenaran-kebenaran sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab-kitab samawi yang lain, disertai beberapa tambahan, dan di dalamnya terdapat segala sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam perjalanannya menuju kebahagiaan yang diinginkannya, termasuk dasar-dasar akidah dan perbuatan.Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-14975032025043385782011-06-13T17:30:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.009+07:00MEMAHAMI RAHASIA AL-QURAN (AI-Quran, Sebuah Kitab Universal)Al-Quran tidak mengkhususkan pembicaraannya kepada bangsa tertentu, seperti bangsa Arab, dan kelompok tertentu, seperti kaum Muslimin. Tetapi ia berbicara kepada bukan Muslim amaupun Muslim (bukti untuk hal ini adalah banyak titah dan hujah dalam banyak ayat Al-Quran, sehingga tak perlu lagi penulis kutipkan di sini), termasuk orang-orang kafir, musyrik, Ahlul Kitab, Yahudi, Bani Israil dan Nasrani. AI-Quran menghujah setiap kelompok ini dan mengajak mereka untuk menenma ajaran-jarannya yang benar.<br /><br />AI-Quran juga menyeru setiap kelompok ini melalui hujah-hujah dan penalaran. Ia tidak pernah mengkhususkan pembicaraannya kepada bangsa Arab saja. Mengenai para penyembah berhala, ia berkata:<br /><br />"Apabila mereka bertobat, mendirikan salat dan membayarkan zakat, maka mereka menjadi saudaramu dalam agama." (QS 9:11)<br /><br />Dan mengenai Ahlul Kitab, (1) ia berkata:<br /><br />"Katakanlah: 'Wahai Ahlul Kitab, marilah menuju kepada keputusan yang sama antara kami dan kamu. Hendaklah kita tidak menyembah kecuali Allah, tidak menyekutukan-Nya, dan sebagian kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. “ (QS 3:64)<br /><br />Kita melihat bahwa Al-Quran tidak berbicara dengan katakata "apabila orang-orang musyrik Arab bertobat" atau "wahai Ahlul Kitab Arab." Memang, dalam permulaan Islam - ketika dakwah Islam belum tersebar dan keluar dari wilayah Jazirah Arab - pembicaraan-pembicaraan Al-Quran ditujukan kepada bangsa Arab. Namun, sejak tahun keenam Hijrah, setelah dakwah Islam tersebar sampai di luar Jazirah Arab, tidak ada lagi alasan untuk pengkhususan. Di samping ayat-ayat tadi, ada ayat-ayat lain yang menunjukkan universalitas dakwah Islam, seperti firman Allah:<br /><br />“Al-Quran ini diwahyukan kepadaku agar dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang Al-Quran sampai kepadanya." (QS 6:19)<br /><br />“Al-Quran iiu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh alam (bangsa)." (QS 68:52)<br /><br />"Sesungguhnya Al-Quran itu adalah peringatan bagi seluruh alam (bangsa)." (QS. 38:87)<br /><br /><br />"Sesungguhnya ia (neraka) adalah salah satu bencana yang amat besar, sebagai ancaman bagi manusia. " (QS 74:35-36)<br /><br />Dari kenyataan-kenyataan sejarah kita mengetahui banyak penyembah berhala, orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang dari bangsa-bangsa non-Arab yang memenuhi panggilan Islam, seperti Salman dari Persia, Sahib dari Romawi, Bilal dari Ethiopia dan lain-lain.<br /><br /><i><br />Catatan kaki:</i><br />1). Seperti orang-orang Nasrani, Yahudi dan Zoroaster.Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-58215385629813652142011-06-13T08:16:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.009+07:00SARANA-SARANA DA'WAH (MEANS OF DA'WAH)<div style="text-align: justify;"><b>Sarana-Sarana Dakwah</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seorang teman berkata bahwa ia merasa tidak memiliki kemampuan untuk berdakwah, karena dia bukan seorang yang faqih dan bukan seorang yang tahu banyak tentang metode dakwah. Adapun hadits-hadits Rasul saw yang terkait dengan dakwah yang telah dibacanya merupakan sebuah berkah. Ia tidak tahu bahwa barakah harus berbuah, dan buah dari barakah adalah produktivitas.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah s.a.w bersabda,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Senyummu pada wajah saudaramu adalah sedekah."</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jadi, jika Anda tidak tersenyum pada wajah saudara Anda, maka Anda tidak mendapatkan pahala sedekah itu. Jika setiap muslim mau memberi senyum tatkala bertemu dengan saudaranya sesama muslim, kita akan menemukan sebuah masyarakat muslim yang berwajah cerah dan saling mencintai. Inilah barakah dari sebuah senyuman yang tulus. Allah. pernah menegur Rasulullah saw tatkala beliau bermuka masam saat ditemui oleh Ibnu Maktum ra. Allah berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa )."(' Abasa :1-3)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari contoh ini Anda akan mengetahui bahwa setiap yang datang dari Rasulullah adalah metode dakwah dan manhaj tarbiyah. Marilah kita mengambil salah satu contoh dari hadits-hadits berikut yang mengajarkan tentang sarana dan metode dakwah yang mudah dipelajari dan diterapkan oleh para da'i. Anda akan melihat bahwa pelajaran-pelajaran itu sangat gamblang dan akan menyadari bahwa daya tangkap kita lah yang memang belum sampai.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda, "Hak seorang muslim terhadap muslim yang lain ada enam: jika bertemu maka berilah salam, jika tidak terlihat maka cari tahulah, jika sakit maka jenguklah, jika mengundang maka penuhilah, jika bersin dan mengucapkan hamdalah maka jawablah (dengan mengucapkan 'yarhamukallah', dan jika meninggal maka kirimkanlah (ke pemakaman). "</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pertama, jika bertemu maka berilah salam Mengucapkan salam adalah langkah pertama, akan semakin mantap jika diikuti dengan berjabat tangan. Ucapan salam harus disertai dengan perasaan cinta, senang, dan wajah yang berseri agar fungsi ucapan salam itu terwujud. Setelah itu saling memperkenalkan nama, pekerjaan, dan tempat tinggal. Dengan demikian Anda telah menapaki tahap awal dalam berdakwah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kedua, jika tidak terlihat maka cari tahulah Watak sebuah perkenalan adalah jika seseorang yang telah Anda kenal itu tidak Anda lihat dalam waktu tertentu, maka Anda harus mencari kabar tentang keadaannya atau menghubunginya, baik melalui telepon maupun surat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ketiga, jika sakit maka jenguklah Sunnatullah akan terjadi pada setiap orang, maka suatu saat ia akan merasa gembira, sedih, atau sakit; dan setiap kondisi harus disikapi dengan sikap yang islami. Jika Anda mendengar bahwa teman Anda sakit, Anda harus cepat-cepat menjenguknya, memberikan kesejukan, dan mendoakan untuk kesembuhannya; akan sangat baik lagi jika Anda membawa hadiah yang sesuai.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah s.a.w bersabda,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Hendaklah kalian saling memberi hadiah, karena hadiah itu akan menjadikan kalian saling mencintai." (HR. Malik dalam "Al-Muwatha" ')</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah s.a.w bersabda,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya sesama muslim karena Allah, maka malaikat akan berseru kepadanya, 'Kamu dalam keadaan baik dan baik pula tempat tujuanmu, kamu pun akan ditempatkan di surga.'" (HR. Muslim)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di tempat teman Anda tersebut, Anda pun dapat berkenalan dengan teman-temannya. Dengan demikian Anda akan semakin banyak memiliki kontak. Jangan sampai kunjungan itu Anda pergunakan untuk membaca quran, majalah, atau berbicara yang tidak ada gunanya, agar tujuan kunjungan tersebut dapat terwujud. Jika Anda masuk rumahnya, harus Anda duduk di mana Anda dipersilakan duduk. Hadits dalam sebuah atsar,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Barangsiapa masuk rumah salah seorang di antara kamu maka duduklah di tempat tersebut, karena kaum itu lebih mengetahui aurat rumah mereka." (HR. Thabrani)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Keempat, jika ia mengundangmu maka penuhilah Setelah melewati tahapan-tahapan di atas maka hubungan antara kalian akan semakin erat. Suatu saat teman Anda akan mengalami kondisi-kondisi penting, seperti sukses dalam tugas, pernikahan, atau yang lainnya, lalu ia mengundang Anda untuk menghadiri acara-acara tersebut. Anda harus memenuhi undangan tersebut karena ini merupakan kesempatan berharga yang tersedia tanpa harus Anda rencanakan sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begitu juga sebaliknya, Anda pun harus mengundangnya dalam acara-acara penting yang Anda adakan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kelima, jika ia bersin dan mengucapkan "hamdalah" maka jawablah (ucapkan "yarhamukallah") Duduk samping orang yang belum dikenal di suatu tempat, baik di perjalanan, pesta, maupun tatkala menjenguk orang sakit, lalu orang yang duduk di sebelah Anda itu bersin maka harus Anda menoleh kepadanya dengan wajah berseri seraya mengucapkan, "yarhamukallah (mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada Anda)." Tentunya hal ini akan menjadikan dirinya merasakan sesuatu yang baru dan setelah itu Anda dapat berbicara dengannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Keenam, jika ia meninggal maka mengantarkan ke tempat pemakamannya Apa yang dapat ia lakukan setelah meninggal dan dikubur? Pada hakikatnya, mengantar orang lain yang meninggal ke tempat pemakaman adalah mengantar dirinya sendiri, yang ia akan dapat mengambil nasihat, pelajaran, dan merenungkannya. Ini sebuah sunah Rasulullah saw yang menggambarkan persatuan dan kesatuan kaum muslimin. Jika sebelumnya Anda dapat mengenal pribadi orang yang telah meninggal dunia, maka sekarang Anda dapat menggunakan kesempatan untuk berkenalan dengan keluarganya dan orang-orang yang ta'ziah ke rumahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah s.a.w bersabda,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Barangsiapa menghadiri jenazah hingga menshalatkannya, maka baginya pahala satu qirath. Barangsiapa menyaksikan sampai di makamkan, maka baginya dua qirath." Seorang sahabat bertanya, "Apakah dua qirath itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Seperti dua gunung yang besar." (Muttafaqun 'Alaih)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: #ffd966; text-align: justify;"><i><b>ENGLISH:</b></i></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"><b>Means of Da'wah</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A friend said that he felt did not have the ability to preach, because he is not a faqih and not someone who knows a lot about the methods of propaganda. The hadiths of the Prophet related to the mission that has been read is a blessing. He did not know that blessings should be fruitful, and blessed is the fruit of productivity.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Prophet s.a.w said,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Smile on your brother's face is charity."</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">So, if you do not smile on your brother's face, then you do not get the alms that reward. If any Muslim willing to give a smile when he met with fellow Muslim brothers, we'll find a bright-faced Muslim community and love each other. This is the blessings of a sincere smile. God. never rebuked the Prophet when he was surly when found by Ibn Maktum ra. Allah says,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"He (Muhammad) frowned and turned away, Because there came to him the blind man. Do you know maybe he might grow (in spiritual )."(' Abasa :1-3)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">From this example you will know that any who come from the Prophet is the method of preaching and manhaj tarbiyah. Let us take one example from the following hadiths that teaches about the means and methods of propagation are easily learned and applied by the preachers. You will see that the lessons were very clear and will realize that our perception is that it has not arrived.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Narrated by Imam Muslim from the Prophet that he said: "The right of a Muslim against another Muslim are six: if met then give the greeting, if not visible then look know, if ill, jenguklah, if invited then fill it, if you sneeze and utter hamdalah then the answer (by saying 'yarhamukallah', and if it dies then send it (the funeral). "</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">First, if met then give greetings Saying hello is the first step, will be more stable if it is followed by shaking hands. Greeting must be accompanied with feelings of love, fun, and the radiant face of greetings to the function is realized. After introducing each other's name, occupation, and residence. Thus you have climbed the first step in preaching.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Secondly, if it does not look the character of an introductory look know is if someone you already know that you do not see in a certain time, then you should look for news about her condition or to contact them, either by phone or mail.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Third, if the pain is jenguklah sunnatullah will happen to everyone, then one day he will feel happy, sad, or sick, and every condition must be addressed with an Islamic attitude. If you hear that your sick friend, you must hurry to see him, give coolness, and pray for his recovery; would be better if you bring an appropriate gift.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Prophet s.a.w said,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Let you guys give each other gifts, because gifts that will make you love each other." (Narrated by Malik in 'Al-Muwatha "')</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">From Abu Hurairah ra., Prophet s.a.w said,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Anyone visiting the sick or visiting relatives fellow Muslims because Allah, the angels will say to him, 'You're in good shape and good also the place going, you will be placed in heaven.'" (Narrated by Muslim)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">In place of your friends, you can get acquainted with her friends. Thus you will have more contacts. Do not visit that you use to read the Quran, magazines, or talk which is of no use, so that the purpose of the visit can be realized. If you entered the house, you have to sit where you are seated. Hadith in a atsar,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Whoever entered the house of one of you will sit in that place, because it is more aware of the nakedness of their homes." (Narrated by Tabaraani)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Fourth, if he invited you then fill After passing through the stages on the relationship between you would be getting close. One moment your friends will experience significant conditions, such as success in the job, marriage, or something else, then he invites you to attend these events. You must meet the invitation because it is a valuable opportunity that is available without you plan ahead.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Vice versa, you must invite him in important events that you invent.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Fifth, if he sneezed and said "hamdalah" then the answer (say "yarhamukallah") Sitting next to strangers in a place, either on trips, parties, or when visiting the sick, then the person sitting next to you sneezed then All you have to turn to him with a radiant face as she said, "yarhamukallah (hopefully God has mercy on you)." Surely this will make him feel something new and then you can talk to him.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sixth, if he dies then delivered to the funeral What can he do after death and buried? In essence, take someone else who died to the cemetery is to take himself, which he will be able to take the advice, lessons, and reflect. This is a sunna of the Prophet which depict the unity of the Muslims. If earlier you can get to know the person who has died, so now you can use the opportunity to become acquainted with his family and people who ta'ziah to his home.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">From Abu Hurairah ra., Prophet s.a.w said,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Those attending the corpse until menshalatkannya, then his reward one qirath. Whoever watched until the buried, so her two qirath." Someone asked, "Is two qirath it, O Messenger of Allah?" He replied, "Like two huge mountains." (Muttafaqun alaih)</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-4696434977563415522011-06-12T17:30:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.009+07:00POSISI AL-QURAN (AI-Quran, Sandaran Kenabian)Al-Quran menegaskan di beberapa tempat bahwa ia adalah fiirman Allah Yang Maha Agung, yang diwahyukan-Nya kepada Nabi dalam bentuk kata-kata yang kita baca dari Al-Quran. Untuk membuktikan bahwa Al-Quran adalah firman Allah, bukan hasil ciptaan manusia, dalam beberapa ayat, AI-Quran menantang semua manusia untuk mendatangkan apa pun yang menyamai Al-Quran walaupun satu ayat. Ini menunjukkan bahwa Al-Quran itu berkekuatan mukjizat, yang tak seorangpun sanggup mendatangkan yang semisalnya. Allah berfirman:<br /><br />"Atau mereka mengatakan: 'Muhammad membuat-buatnya.' Sesungguhnya mereka tidak beriman." (QS 52:33)<br /><br />"Katakanlah: 'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang menyamai Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan mampu membuatnya walaupun mereha saling membantu'." (QS 17:88)<br /><br />"Bahkan mereka mengatakan: 'Muhammad telah membuatbuatnya.' Katakanlah: 'Datangkanlah sepuluh surat yang menyamainya'." (QS 11:13)<br /><br />"Atau mereka mengatakan bahwa Muhammad telah membuat-buatnya? Katakanlah: 'Datangkanlah sebuah surat yang menyamai Al-Quran. “ (QS 10:38)<br /><br />"Apabila kamu meragukan apa yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami, maka datangkanlah sebuah surat yang menyamainya." (QS 2:23)<br /><br />Untuk menantang mereka tentang tiadanya pertentangan dalam Al-Quran, Allah berfirman:<br /><br />"Tidakkah mereka itu memikirkan Al-Quran? Seandainya AlQuran itu tidak dari Allah, maka mereka akan menemukan banyak pertentangan di dalamnya. " (QS 4:82)<br /><br />Dengan tantangan-tantangannya ini Al-Quran menegaskan bahwa ia merupakan firman Allah, dan menjelaskan dalam banyak ayatnya bahwa Muhammad adalah seorang Rasul dan Nabi yang diutus Allah. Dengan demikian, Al-Quran merupakan sandaran bagi kenabian dan menopang pernyataan Nabi. Dari itu, Nabi diperintahkan untuk bertumpu pada kesaksian Allah tentang hal itu, yakni penegasan AI-Quran terhadap kenabiannya. Al-Quran mengatakan:<br /><br />"Katakanlah: "Cukuplah Allah yang menjadi saksi antara aku dan kamu. “ (QS 13:43)<br /><br />Di tempat lain Al-Quran mengungkapkan kesaksian malaikat, selain kesaksian Allah, tentang kenabiannya itu. Allah mengatakan:<br /><br />"Tetapi Allah menyaksikan apa yang diturunkan-Nya kepadamu. Dia menurunkannya dengan ilmu-Nya, dan para malaikat menyaksikan. Cukuplah Allah yang menjadi saksi." (QS 4:166)Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-22549056684919298492011-06-12T08:14:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.009+07:00DA'WAH FARDIYAH<div style="text-align: justify;">Setelah Abu Thalib meninggal, penderitaan Rasulullah saw semakin berat, sehingga beliau pergi ke Thaif untuk mencari perlmdungan dari suku Tsaqif, dengan harapan agar mereka mau menerima ajaran Islam. Ketika sampai di Thaif, beliau menemukan tokoh-tokoh dari suku Tsaqif, yang mereka itu tiga bersaudara: Abdu Yalail bin Amr bin Umair, Mas'ud, dan Hubaib. Beliau mengajak mereka untuk mengikuti ajaran Islam dan menjelaskan maksud kedatangannya. Akan tetapi, mereka tidak mau menerima kedatangan beliau, bahkan memanggil kaumnya dan menyuruh mereka agar mengusir dan mengolok-olok Rasulullah saw Akhirnya Rasulullah berlindung di kebun milik Utbah bin Rabi'ah dan Syaibah bin Rabi'ah, yang waktu itu keduanya berada di kebun tersebut dan mengetahui apa yang sedang dialami oleh Rasulullah saw<br /><br />Rasulullah duduk di bawah pohon kurma. Sementara itu hati kedua pemilik kebun itu tergerak untuk menolong, lalu memerintahkan pembantunya yang biasa disebut Adas, "Ambillah setangkai anggur dan letakkan di nampan ini, lalu berikan kepada orang itu." Adas pun melaksanakan perintah tersebut dan datang ke hadapan Rasulullah seraya berkata, "Silakan dimakan." Rasul menerima anggur tersebut, lalu memetiknya, setelah itu membaca "bismillahirrahmanirrahim" dan memakannya. Mendengar bacaan itu, Adas terperanjat dan memandang Rasulullah dengan heran. "Demi Allah, ucapan ini bukanlah ucapan penduduk negeri ini." Rasulullah berkata, "Wahai Adas, kamu berasal dari mana dan apa agamamu?" Adas menjawab, "Saya beragama Nasrani, saya dari negeri Ninawai." Rasulullah bertanya, "Apakah dari negerinya Yunus bin Matta, hamba Allah yang shalih itu?" Adas berkata, "Apa yang Anda ketahui tentang Yunus bin Matta?" Rasulullah menjawab, "Dia adalah nabi dan saya juga seorang nabi." Mendengar jawaban itu, Adas langsung mendapatkan Nabi, menciumi kepala, kedua tangan, dan kedua kaki beliau. Kedua pemilik kebun itu melihat kejadian tersebut, lalu seorang di antara mereka berkata kepada yang satunya, "Pembantu kita sudah diracuni oleh laki-laki itu."<br /><br />Tatkala Adas datang menghadap, keduanya berkata, "Celakalah kamu wahai Adas, apa yang menyebabkan kamu menciumi kepala, kedua tangan, dan kedua kaki orang itu?" Adas berkata, "Tuanku, tidak ada yang lebih baik dari ini. Dia telah memberi tahu kepadaku hal yang hanya diketahui oleh seorang nabi." Mereka berkata, "Celakalah kamu wahai Adas, jangan sampai omongannya menjadikan kamu berpaling dari agamamu, karena agamamu lebih baik dari agamanya."<br /><br />Saudara dan saudari ku,<br /><br />Kita sudah membaca kisah di atas. Sekarang mari kita petik pelajaran yang ada didalamnya. Mari kita lihat bagaimana cara Rasulullah memikat hati Adas, lalu membimbingnya perlahan-lahan, sampai mau mengikrarkan keislamannya. Tatkala Adas datang ke Rasulullah dengan senampan anggur lalu berkata, "Makanlah," Rasulullah memulai langkah pertamanya: beliau mengambil anggur itu dan membaca "bismillahirrahmanirrahim", lalu memakannya. Seandainya Rasulullah tidak mengucapkan "bismillahirrahmanirrahim", tentu Adas tidak akan berkomentar apa pun.<br /><br />Di sinilah terlihat pentingnya menonjolkan karakteristik Islam dengan melaksanakan sunnah Rasulullah, yang juga merupakan proklamasi aqidah islamiah di negara-negara non-muslim, karena dengan begitu kaum muslimin dapat mengenal satu sama lain.<br /><br />Langkah kedua adalah tatkala Adas memandang beliau dan berkata, "Ucapan ini bukanlah ucapan penduduk negeri ini." Rasulullah lalu berkata, "Wahai Adas kamu berasal dari negeri mana dan apa agamamu?"<br /><br />Rasulullah memanggilnya dengan menyebut nama Adas. Panggilan dengan menyebut nama secara langsung itu memiliki arti yang sangat besar untuk mengakrabkan sebuah persahabatan. Kemudian beliau menanyakan tentang negeri dan agamanya. Ini merupakan sebuah jaringan pembicaraan yang berurutan secara rapi.<br /><br />Adas menjawab, "Saya beragama Nasrani, dari negeri Ninawai." Lalu Rasul bertanya, "Apakah kamu dari negerinya Yunus bin Matta, hamba Allah yang shalih itu?" Kita melihat bahwa Rasulullah memberikan gelar kepada Yunus as. Dengan menyebut "hamba yang shalih". Inilah yang membuat hati Adas semakin tersentuh dan tertarik. la juga mengetahui bahwa Rasulullah mengetahui letak negeri Ninawai, sebuah negeri yang terletak di sebelah sungai Furat, Irak. Ini semua membuat Adas semakin tertarik.<br /><br />Adas bertanya, "Apa yang Anda ketahui tentang Yunus bin Matta?" Rasulullah menjawab, "Dia adalah saudaraku. Dia seorang nabi dan aku juga seorang nabi." Di sini ada sentuhan yang sangat lembut. Ungkapan Rasulullah, "saudaraku," semakin membuat Adas tertarik dan percaya. Banyak kita jumpai orang yang bertanya tentang seseorang kemudian ia jawab, "la adalah saudaraku." Jawaban itu akan menambah keakraban dan rasa percaya. Dari nada bicara Rasulullah itu terlihat sifat tawadhu 'beliau, yaitu beliau menyebut nama Yunus as. lebih dahulu sebelum menyebut nama beliau sendiri. Di sini ada pelajaran yang sangat penting dan berharga bagi seorang da'i.<br /><br />Banyak di antara kita yang tatkala membicarakan seseorang yang memiliki "kelebihan" mengatakan, "Dia sekolahnya bersamaan dengan saya," atau "Dia dulu satu fakulti dengan saya." Padahal yang lebih baik adalah, "Saya dulu bersamanya waktu di sekolah menengah," atau "Saya dulu satu fakulti dengannya."<br /><br />Saudara dan saudari ku,<br /><br />Inilah yang terjadi antara Rasulullah dengan Adas. Sebuah kisah yang sederhana dan mudah dicerna. Jadi, untuk da'i yang ingin memetik pelajaran dari kisah ini tidak akan merasa kesulitan.<br /><br />Saudara dan saudari ku,<br /><br />Sekarang marilah kita perhatikan kisah-kisah yang lain. Ada beberapa orang yang ingin menemukan Rasulullah saw Salah seorang di antara mereka menceritakan, "Kami berusaha mencari tahu tentang Rasulullah, karena kami belum pernah mengenal dan melihatnya. Kami bertemu dengan seorang laki-laki, lalu kami bertanya pada Rasulullah. La menjawab, ' Apakah kalian mengenalnya? '<br /><br />Kami menjawab, 'Tidak.' Ia berkata, 'Jika kalian masuk ke dalam masjid, maka Muhammad adalah seseorang yang duduk bersama Abbas bin Abdul Muthalib yang tak lain adalah pamannya.' Kami menjawab, 'Ya, kami mengenal Abbas, dia sering datang ke kami untuk berdagang.' la berkata, 'Jika kalian masuk masjid, maka Muhammad adalah orang yang duduk bersama Abbas.' Kemudian kami masuk ke dalam masjid dan kami menjumpai Rasulullah yang sedang duduk bersama Abbas. Kami memberi salam, lalu duduk di dekat mereka. Kemudian Rasulullah bertanya kepada Abbas, 'Wahai Abu Fadl apakah engkau mengenal dua orang ini?' Abbas menjawab, 'Ya. Ia adalah Bara 'bin Ma'rur, seorang pemuka kaum dan ini Ka'ab bin Malik.' Rasul bertanya, 'Apakah dia penyair yang terkenal itu?' Abbas menjawab, 'Ya.' "<br /><br />Sungguh, saya tidak pernah melupakan ucapan beliau yang mulia, "Apakah dia penyair yang terkenal itu?" Demikianlah metode Rasulullah dalam memikat hati mad'unya.</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-49022698989668293692011-06-11T17:27:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.010+07:00POSISI AL-QURAN (Al-Quran, Menentukan Jalan Hidup Manusia)Setelah tiga premis di atas jelas, maka harus diketahui pula bahwa Al-Quran - di sampinq memperhatikan tiga premis tersebut, yaitu manusia mempunyai tujuan yang harus dicapainya dalam perjalanan hidupnya dengan usaha dan perbuatannya, dan dia tidak mungkin mencapai tujuan yang diidam-idamkan itu kecuali dengan mengikuti hukum-hukum dan tata cara tertentu serta keharusan mempelajari hukum-hukum dan tata cata itu dari buku fitrah dan penciptaan, yakni ajaran Allah - juga menentukan jalan hidup bagi manusia sebagai berikut:<br /><br />AI-Quran mendasarkan jalan itu pada keimanan akan keesaan-Nya sebagai dasar pertama agama; Al-Quran menjadikan keimanan kepada akhirat dan Hari Kiamat, yaitu hari ketika orang yang baik dibalas karena kebaikannya dan yang jahat dibalas karena kejahatannya, sebagai dasar-kedua agama. Hal ini pada gilirannya membawa kepada keimanan kepada kenabian, karena perbuatan-perbuatan bisa dibalas setelah si pelakunya mengetahui ketaatan dan maksiat, yang baik dan yang buruk. Pengetahuan ini tidak akan dapat diperoleh kecuali melalui wahyu dan kenabian - sebagaimana akan kami rinci nanti. Al-Quran menjadikan keimanan kepada kenabian ini sebagai dasar ketiga agama.<br /><br />Al-Quran memandang ketiga dasar ini: keimanan kepada keesaan Allah, kenabian dan akhirat sebagai dasar-dasar agama Islam. Setelah itu, Al-Quran menjelaskan pokok-pokok akhlak yang diridhai dan sifat-sifat baik yang sesuai dengan ketiga dasar tersebut, dan setiap orang beriman harus menghiasi diri dengannya. Kemudian AI-Quran menetapkan hukum-hukum perbuatan yang menjamin kebahagiaan hakiki manusia dan menyuburkan akhlak yang utama dan faktor-faktor yang mengantarkannya kepada akidah yang benar dan prinsip-prinsip pokok.<br /><br />Tidak logis bila kita beranggapan bahwa orang yang bergelimang dalam seks yang diharamkan, mencuri, berkhianat dan curang, adalah suci. Begitu pula, tidak logis bila kita beranggapan bahwa orang yang keterlaluan dalam mencintai harta, mengumpulkan dan menyimpannya, dan tidak mau memenuhi hak-hak orang lain, adalah suci. Tidak logis pula bila kita menganggap orang yang tidak menyembah Allah dan mengingat-Nya siang dan malam, sebagai beriman kepada Allah dan Hari Akhir.<br /><br />Dengan demikian, akhlak yang baik maujud karena adanya perbuatan-perbuatan baik, sebagaimana akhlak yang baik itu ada karena akidah yang benar.<br /><br />Seseorang yang terbelenggu kesombongan, kebanggaan dan kecintaan kepada diri sendiri, tidak mungkin mempercayai Allah dan mengakui keagungan-Nya. Dan orang yang selama hidupnya tidak mengetahui makna keadilan, keperwiraan dan welas asih terhadap yang lemah, tidak akan masuk ke dalam hatinya intan kepada Hari Kiamat, perhitungan dan balasan di akhirat. Tentang hubungan antara akidah yang benar dengan akhlak yang diridhai, Allah berfirntan:<br /><br />"Kepada-Nya naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal yang baik dinaikkan-Nya. " (QS 85:10)<br /><br />Dan tentang hubungan antara akidah dengan perbuatan, Allah berfirman: <br /><br />"Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah azab yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayatayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya." (QS 90:10)<br /><br />Kesimpulan dari pembicaraan di atas adalah bahwa Al-Quran mengandung sumber-sumber ketiga dasar Islam, yaitu:<br /><br />Dasar-dasar akidah. Ini terbagi menjadi tiga dasar agama: tauhid, kenabian dan akhirat, dan akidah-akidah yang merupakan cabang darinya, seperti lauh mahfudh, qalam, qadha' dan qadar, malaikat, menghadap Allah, kursi, penciptaan langit dan bumi dan lain-lain. <br /><br />Akhlak yang diridhai. <br /><br />Hukum-bukum syara' dan perbuatan yang dasar-dasarnya telah dijelaskan Al-Quran, sedangkan penjelasan terincinya diserahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Dan Nabi menjadikan penjelasan Ahlul Bait (keluarga Nabi)sama dengan penjelasan beliau, sebagaimana diketahui dari hadits tsaqalain yang secara mutawatir diriwayatkan baik oleh kalangan Ahlus Sunnah maupun Syi'ah. (1) <br /><br /><br /><i>Catatan kaki:</i><br />(1). Baca 'Abaqatul Anwar, bagian "Hadits Tsaqalain". Di situ disebutkan beratus-ratus sanad yang sampai kepada hadis tersebut.Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-55193851079525907142011-06-11T08:10:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.010+07:00MENGHAFAL NAMA<div style="text-align: justify;">Menghafal nama adalah hal yang penting, karena dari sinilah terjadi interaksi dan lahir sifat saling percaya sesama individu. Ia merupakan langkah awal dan benang pertama yang mengikat antara hati individu. Ia adalah benang yang mengikat bola-bola kecil yang berserakan. Setiap orang tentu akan merasa senang jika dipanggil dengan namanya, apa lagi dengan nama yang paling ia sukai.<br /><br />Menghafal nama memiliki peran yang sangat penting. Oleh karena itu, akan saya tampilkan beberapa metode yang dapat membantu permasalahan ini.<br /><br />1. Harus kita tanamkan rasa ingin dan suka menghafal nama orang lain.<br /><br />2. Ketika sedang berkenalan, hendaklah kita siap untuk menghafal namanya - secara lengkap atau sebagian saja - lalu mengingat-ingat dan memakainya pada saat itu juga tatkala berbicara.<br /><br />3. Nama biasanya terdiri dari tiga bagian: namanya sendiri, nama orang tuanya, dan nama keluarganya. Nama yang paling disukai oleh pemiliknya adalah namanya sendiri atau kuniah-nya. (Sebutan nama yang dikaitkan dengan anak laki-laki tertua, seperti Abu Khalid, Ummu Khalid, dan sebagainya). Jika Anda tambahkan pada nama itu nama keluarganya, itu akan lebih baik. Biasanya nama keluarga yang satu dengan yang lain tidak sama jadi sangat mudah untuk dihafal, seperti As-siisi. Adapun nama-nama seperti Muhammad, Ali, Hasan, atau Sa'ad akan sangat banyak ditemukan, sehingga agak sulit menghafalnya.<br /><br />4. Ketika berkenalan dengan nama yang baru, Anda harus mengingat orang-orang yang memiliki nama yang sama - yang telah Anda kenal sebelumnya - agar mudah untuk menghafal.<br /><br />5. Pada waktu berkenalan, Anda harus memperhatikan wajah dan keadaannya; apakah ia berjanggut, memakai kaca mata, bagaimana warna kulit, suara, bentuk tubuhnya, pekerjaannya, serta di mana dan bagaimana perkenalan itu berlangsung.<br /><br />6. Untuk memantapkan memori, Anda dapat menulis nama-nama tersebut, dan setiap kali bertemu harus Anda memanggil mereka dengan nama-nama tersebut. Jika tempat tinggalnya jauh, harus Anda mengirim surat kepadanya, karena ini memiliki dampak yang sangat besar dalam mempererat hubungan Anda dengan mereka. Surat menyurat itu sendiri merupakan sarana dalam tarbiyah.<br /><br />7. Ketika bertemu lagi, Anda harus mengingat-ingat pertemuan-pertemuan sebelumnya dan pertemuan yang pertama kali, karena ini dapat membantu Anda dalam mengingat namanya dengan cepat.<br /><br />8. Berkenalan dengan seseorang merupakan pintu bagi Anda untuk berkenalan dengan teman-temannya, sampai Anda memiliki data nama yang amat banyak. Anda pun harus berusaha agar nama-nama itu tetap melekat di kepala.<br /><br />Rasulullah s.a.w bersabda,<br /><br />"Termasuk sifat angkuh adalah seseorang yang masuk ke dalam rumah temannya, lalu disuguhkan kepadanya makanan, ia tidak mau memakannya; dan seorang laki-laki yang bersama-sama dengan laki-laki lain dalam perjalanan, tetapi ia tidak menanyakan namanya dan nama orang tuanya. " (HR. Ad-Dailami)</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-90081598268836223272011-06-10T17:26:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.010+07:00POSISI AL-QURAN (Al-Quran, Undang-Undang Paling Utama Dalam Kehidupan)Agama Islam, yang mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat manusia kepada kebahagiaan dan kesejahteraan, dapat diketahui dasardasar dan perundang-undangannya melalui Al-Quran. Al-Quran adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam. Hukum-hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat dijumpai sumbernya yang asli dalam ayat-ayat Al-Quran. Allah berfirman,<br />"Sesungguhnya Al-Quran ini menunjukkan kepada jalan yang lebih lurus." (QS 17:9)<br /><br />"Kami menurunkan AI-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu." (QS 16:89)<br /><br />Adalah amat jelas bahwa dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang mengandung pokok-pokok akidah keagamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip-umum hukum perbuatan. Kami tidak perlu menyebutkan semua ayat itu dalam kesempatan yang tidak cukup luas ini. Lebih lanjut kami katakan bahwa pemikiran yang teliti tentang pokok-pokok permasalahan berikut dapat menjelaskan kepada kita universalitas kandungan Al-Quran mengenai jalan hidup yang harus ditempuh manusia.<br /><br />Pertama, dalam hidupnya manusia hanya menuju kepada kebahagiaan, ketenangan dan pencapaian cita-citanya. Kebahagiaan dan ketenangan merupakan suatu wama khusus di antara warna-wama kehidupan yang diinginkan oleh manusia, yang di naungannya ia berharap menemukan kemerdekaan, kesejahteraan, kesentosaan dan lain-lain.<br /><br />Jarang kita lihat orang yang, dengan perbuatan mereka sendiri, memalingkan muka dari kebahagiaan dan kesenangan - seperti melakukan bunuh diri, melukai badan dan menyakiti anggota tubuhnya dan beberapa latihan (riyadhah) berat yang tidak diajarkan agama - dengan alasan berpaling dari dunia, dan perbuatan-perbuatan lain yang menyebabkan seseorang kehilangan berbagai sarana kesejahteraan dan ketenangan hidup. Seperti itulah, (hanya) orang yang menderita komplikasi jiwa - sebagai akibat dari parahnya komplikasi itu - berpendapat bahwa kebahagiaan terdapat dalam perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kebahagiaan. Sebagai contoh, seseorang mengalami kesulitan hidup dan tidak kuat menanggungnya, kemudian bunuh diri karena beranggapan bahwa kesenangan itu terdapat dalam kematian. Atau, sebagian orang menjauhi dunia, menjalani bermacam latihan badan dan mengharamkan kesenangan materiil untuk dirinya sendiri, karena ia berpendapat bahwa hidup dalam kesenangan materi merupakan hidup yang kering. Dengan demikian, usaha yang dilakukan manusia hanyalah untuk menemukan kebahagiaan yang diidam-idamkan yang ia berusaha mewujudkan dan memperolehnya.<br /><br />Memang, jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut berbeda-beda. Sebagian menempuh jalan yang masuk akal, yang diterima kemanusiaan dan dibolehkan oleh syariat, sedang sebagian yang lain menyalahi jalan yang benar sehingga terperosok ke dalam belantara kesesatan dan menyimpang dari jalan kebenaran.<br /><br />Kedua, perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia senantiasa berada dalam suatu kerangka peraturan dan hukum tertentu. Hal ini merupakan suatu kebenaran yang tak dapat diingkari, dalam segala keadaan, mengingat sangat jelas dan terangnya persoalan. Hal itu disebabkan karena manusia yang mempunyai akal hanya melakukan sesuatu setelah ia menghendakinya. Perbuatannya itu berdasarkan kehendak jiwa yang diketahuinya dengan jelas. Di segi yang lain, ia hanya melakukan apa pun demi dirinya sendiri. Yakni, ia merasakan adanya tuntutan-tuntutan hidup yang harus dipenuhinya, kemudian berbuat untuk memenuhi tuntutan-tuntutan itu untuk dirinya sendiri. Karenanya, antara semua perbuatannya itu ada suatu tali kuat yang menghubungkan sebagiannya dengan yang lain.<br /><br />Sesungguhnya makan dan minum, tidur dan bangun, duduk dan berdiri, pergi dan datang - semua perbuatan ini dan perbuatan-perbuatan lain yang dilakukan manusia - pada beberapa keadaan, merupakan keharusan baginya; dan pada beberapa keadaan yang lain, tidak merupakan keharusan - yakni, bermanfaat baginya pada suatu saat, dan membahayakan pada saat yang lain. Semua yang dilakukan manusia itu bersumber dari suatu hukum yang ia ketahui universalitasnya dalam dirinya dan yang ia terapkan bagian-bagiannya pada perbuatan dan pekerjaan-pekerjaannya.<br /><br />Seseorang, dalam perbuatan-perbuatan individualnya, menyerupai suatu pemerintahan lengkap, yang memiliki hukum, kebiasaan dan tata caranya sendiri. Kekuatan aktif dalam pemerintahan itu terlebih dahulu harus menimbang perbuatan-perbuatannya dengan hukum-hukum itu, kemudian barulah ia berbuat. Perbuatan-perbuatan sosial yang dilakukan dalam suatu masyarakat menyerupai perbuatan individual, sehingga padanya berlaku seperangkat hukum dan tata cara yang dipatuhi oleh sebagian besar individu masyarakat itu. Jika tidak, maka anarkisme akan menguasai, dan ikatan sosial mereka pun terpecah.<br /><br />Memang, corak masyarakat, di bawah pengaruh hukum-hukum yang berlaku dan dominan di dalamnya, berbeda-beda. Seandainya masyarakat itu bercorak mazhabiah, maka di dalamnya berlaku ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum mazhab tersebut. Dan bila tidak bercorak mazhabiah, melainkan kebudayaan, maka perbuatan-perbuatan masyarakat itu bercorak hukum kebudayaan tersebut. Adapun jika masyarakat itu liar dan tidak mempunyai kebudayaan, maka padanya berlaku tata pergaulan dan hukum-hukum individual yang sewenang-wenang, atau hukum-hukum yang dihasilkan oleh adanya percampuran berbagai kepercayaan dan tata pergaulan yang kacau.<br /><br />Kalau demikian, maka manusia, dalam perbuatan-perbuatan individual dan sosialnya, harus memiliki tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diidam-idamkan itu, ia harus melakukan perbuatan-perbuatannya menurut hukum dan tata cara tertentu yang ditetapkan oleh agama atau masyarakat, atau yang lainnya. Al-Quran sendiri menguatkan teori ini ketika ia mengatakan,<br /><br />"Tiap-tiap umat memiliki kiblat-nya sendiri yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lomba lah dalam kebaikan." (QS 2: 148)<br /><br />Kata ad-diin (agama), menurut kebiasaan Al-Quran berarti 'jalan hidup.' Orang-orang yang beriman dan yang kafir sehingga yang tidak mengakui keberadaan Allah sekalipun – pasti memiliki suatu agama, karena setiap orang mengikuti hukum-hukum tertentu dalam perbuatan-perbuatannya, dan hukum-hukum itu disandarkan kepada Nabi dan wahyu, atau ditetapkan oleh seseorang atau suatu masyarakat. Tentang musuh-musuh agama Allah, Allah berfirman:<br /><br />"Yaitu orang-orang yang menghalangi manusia dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok. " (QS 7:45) [1]<br /><br />Ketiga, jalan hidup terbaik dan terkuat manusia adalah jalan hidup berdasarkan fitrah, bukan berdasarkan emosi-emosi dan dorongan-dorongan individual atau sosial.<br /><br />Apabila kita mengamati secara teliti setiap bagian alam, akan kita ketahui bahwa ia memiliki tujuan tertentu, yang sejak hari pertama kejadiannya ia mengarah ke tujuan itu melalui jalan yang terdekat dan terbaik. Ia memiliki sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Inilah keadaan semua makhluk di dalam alam ini, baik yang bernyawa maupun yang tidak.<br /><br />Sebagai contoh adalah biji gandum. Sejak hari pertama diletakkan dalam tanah, ia berjalan dalam proses penyempurnaan. Menghijau dan tumbuh sampai terbentuknya bulir-bulir yang lipatannya berisi banyak biji gandum. Dan ia dibekali dengan sarana-sarana khusus untuk memperoleh unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam proses penyempurnaannya itu. Kemudian ia menyerap unsur-unsur yang ada di dalam tanah, udara dan lain-lainnya dengan kadar tertentu: Lalu ia merekah, menghijau dan tumbuh hari demi hari, dan berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain sampai terbentuknya bulir-bulir baru, yang dalam setiap bulir terdapat banyak biji gandum. Pada saat itulah biji pertama yang disemaikan di bumi benar-benar telah mencapai tujuan yang dicita-citakan dan kesempurnaan yang ia tuju. Demikian pula pohon kenari. Jika kita amati secara teliti, akan kita ketahui bahwa pohon itu juga berjalan menuju suatu tujuan tertentu sejak hari pertama kejadiannya. Dan untuk mencapai tujuan itu ia dibekali alat-alat tertentu yang sesuai dengan proses penyempurnaan, kekuatan dan besarnya. Dalam perjalanannya ia tidak menempuh perjalanan yang ditempuh oleh gandum, sebagaimana gandum dalam tingkat-tingkat penyempurnaannya tidak berproses sebagaimana prosesnya pohon kenari. Masing-masing dari kedua tanaman itu mempunyai perkembangannya sendiri yang tidak akan dilanggarnya untuk selama-lamanya.<br /><br />Semua yang kita saksikan di dalam alam ini mengikuti kaidah yang berlaku ini, dan tidak ada bukti pasti bahwa manusia menyimpang dari kaidah itu dalam perjalanan alamiahnya menuju tujuan yang ia telah dibekali alat-alat tertentu untuk mencapainya. Bahkan bekal-bekal yang diberikan kepadanya itu merupakan bukti terkuat bahwa dia adalah seperti yang lainnya di alam ini. Dia memiliki tujuan tertentu yang menjamin kebahagiaannya, dan dia telah dilengkapi dengan sarana-sarana untuk mencapainya.<br /><br />Jadi, fitrah manusia - bahkan fitrah alam yang manusia hanyalah merupakan sebagian darinya - menuntunnya ke arah kebahagiaan hakiki. Fitrah itu mengilhami hukum-hukum terpenting, terbaik dan terkuat yang menjamin kebahagiaannya. Allah berfirman:<br /><br />"Musa berkata: 'Tuhan kami ialah Zat yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk'." (QS 20:50)<br /><br />"Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan)Nya. Yang memberikan ketentuan dan petunjuk." (QS 87:2-3)<br /><br />"Demi jiwa dan penyempurnaannya. Kemudian Allah memberitahukan kefasikan dan ketakwaan. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya." (QS 91:7-10)<br /><br />"Hadapkan wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Tetapi fitrah Allah yang la telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. ltulah agama yang lurus. " (QS 30:30)<br /><br />"Sesungguhnya agama yang diterima Allah adalah lslam. (QS 3:19)<br /><br />"Barangsiapa mencari agama selain lslam, maka tidak akan diterima. " (QS 3:85)<br /><br />Kesimpulan dari ayat-ayat ini dan ayat-ayat lain yang memiliki kandungan sama, yang tidak kami sebutkan secara ringkas, adalah bahwa Allah menuntun setiap makhluk-Nya - termasuk manusia - kepada tujuan dan kebahagiaan puncak yang merupakan tujuan diciptakannya mereka. Dan jalan yang benar bagi manusia ialah jalan fitrahnya. Maka dalam perbuatan-perbuatannya manusia harus terikat dengan hukum-hukum individu dan sosial yang bersumber dari fitrahnya, dan tidak boleh secara membuta mengikuti hawa nafsu, emosi, kecenderungan dan keinginannya. Konsekuensi dari agama fitrah (alamiah) adalah manusia tidak boleh menyia-nyiakan bekal yang diberikan kepadanya. Bahkan setiap bekal harus dimanfaatkan dalam batas-batasnya dan secara benar, agar potensi-potensi yang ada dalam dirinya seimbang, dan agar satu potensi tidak mematikan potensi yang lain.<br /><br />Selanjutnya manusia harus dikuasai oleh akal sehat yang jauh dari kesalahan, bukan oleh tuntutan-tuntutan diri yang bersumber dari emosi yang menyalahi akal. Begitu pula, yang menguasai masyarakat haruslah kebenaran dan yang benar-benar bermanfaat baginya, bukan orang kuat yang sewenang-wenang dan mengikuti hawa nafsu dan keinginan-keinginannya. Bukan pula mayoritas yang menyimpang dari kebenaran dan kemaslahatan umum.<br /><br />Pembahasan di atas juga menunjukkan bahwa yang berhak membuat dan memberlakukan hukum hanyalah Allah saja, dan tak seorang pun berhak membuat dan memberlakukan hukum dan memutuskan segala perkara, karena pembahasan di atas menunjukkan bahwa jalan hidup dan hukum yang bermanfaat bagi manusia dalam kehidupannya adalah yang diilhami fitrahnya. Yakni hukum dan jalan hidup yang dituntut oleh sebab-sebab dan faktor-faktor batiniah dan lahiriah dalam fitrahnya. Hal ini berarti sesuai dengan kehendak Allah. Pengertian "sesuai dengan kehendak Allah" adalah bahwa Allah telah menempatkan pada diri manusia sebab-sebab dan faktor-faktor yang mengakibatkan adanya undang-undang dan jalan hidup.<br /><br />Kadang-kadang, sebab-sebab dan faktor-faktor itu mengambil bentuk pemaksaan sebagai dasar bagi suatu proses, seperti peristiwa-peristiwa alam yang terjadi setiap hari. Inilah yang dinamakan kemauan alam (iradah takwiniah), Kadang-kadang juga sesuatu aksi dilakukan secara bebas dan berdasarkan kehendak, seperti makan, minum dan lain-lain, yang dalam hal ini kehendak diatur oleh hukum Allah (iradah tasyri'iah). Allah berfirman:<br /><br />"Tidak ada hukum selain milik Allah." (QS 12:40 dan 67)<br /><br /><br /><i>Catatan kaki:</i><br />[1]. Kata sabilillah (jalan Allah), dalam kebiasaan Al-Quran, berarti agama Allah. Ayat itu juga menunjukkan bahwa orang~orang kafir, termasuk di dalamnya orang-orang yang mengingkari adanya Tuhan pun memiliki agama, yaitu jalan hidup mereka.Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-34965309995488653282011-06-10T15:40:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.010+07:00ADAB BERJALAN KE MASJID DAN BACAAN SEWAKTU MASUK DAN KELUARNYA<div style="text-align: justify;"><i><b>Hadits Pertama</b></i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Artinya : Dari Abu Qatadah, ia berkata : Tatkala kami sedang shalat bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau mendengar suara berisik orang-orang (yang datang). Maka ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah selesai shalat, ia bertanya : "Ada apa dengan kamu tadi (berisik) ?". Mereka menjawab : "Kami terburu-buru untuk turut (jamaah)", Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : "Janganlah kamu berbuat begitu !. Apabila kamu mendatangi shalat, hendaklah kamu berlaku tenang ! Apa yang kamu dapatkan (dari shalatnya Imam), maka shalatlah kamu (seperti itu) dan apa yang kamu ketinggalan, sempurnakanlah !" [Hadits Shahih Riwayat : Bukhari, Muslim dan Ahmad]</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i><b>Hadits Kedua</b></i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Artinya : Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda : "Apabila kamu mendengar qamat, maka pergilah kamu ke tempat shalat itu, dan kamu haruslah berlaku tenang dan bersikap sopan/terhormat, dan janganlah kamu tergesa-gesa, apa yang kamu dapatkan (dari shalatnya Imam), maka shalatlah kamu (seperti itu) dan apa yang kamu ketinggalan sempurnakanlah". [Hadits Riwayat : Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Nasa'i dan Ahmad]</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kedua hadits ini mengandung beberapa hukum :</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">[1]. Kita diperintah berlaku tenang dan bersikap sopan/terhormat apabila mendatangi tempat shalat (masjid).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">[2]. Kita dilarang tergesa-gesa apabila mendatangi tempat shalat, seperti berlari-lari, meskipun qamat telah dikumandangkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">[3]. Kita dilarang berisik apabila sampai di tempat shalat, sedang shalat (jamaah) telah didirikan. Ini dapat mengganggu orang-orang yang sedang shalat jamaah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">[4]. Imam masjid perlu menegur (memberikan pelajaran/nasehat) kepada para jamaah (makmum) yang kelakuannya tidak sopan di masjid, seperti berisik, mengganggu orang shalat, melewati orang yang sedang shalat, shaf tidak beres, berdzikir dengan suara keras, yang dapat mengganggu orang yang sedang shalat atau belajar atau lain-lain.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">[5]. Apa yang kita dapatkan dari shalatnya Imam, maka hendaklah langsung kita shalat sebagaimana keadaan shalat imam waktu itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">[6]. Setelah imam selesai memberi salam ke kanan dan ke kiri, barulah kita sempurnakan apa-apa yang ketinggalan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diantara hikmahnya kita diperintahkan tenang dan sopan serta tidak boleh tergesa-gesa, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Artinya : Karena sesungguhnya salah seorang diantara kamu, apabila menuju shalat, maka berarti dia sudah dianggap dalam shalat". [Hadits Shahih Riwayat : Muslim].</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Periksa : Shahih Muslim 2 : 99,100. Shahih Bukhari 1 : 156. Subulus Salam (Syarah Bulughul Maram) 2 : 33, 34. Nailul Authar (Terjemahan) 2 : 781. Koleksi Hadits Hukum, Ustadz Hasbi 4 : 27. Fiqih Sunnah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i><b>Hadits Ketiga</b></i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">".Artinya : ....Kemudian muadzin adzan (Shubuh), lalu Nabi keluar ke (tempat) shalat (masjid), dan beliau mengucapkan : "ALLAAHUMMAJ 'AL FI QALBII NUURAN dan seterusnya (yang artinya) : "(Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, dan didalam ucapanku cahaya, dan jadikanlah pada pendengaranku cahaya, dan jadikanlah pada penglihatanku cahaya, dan jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku cahaya, dan jadikanlah dari atasku cahaya, dan dari bawahku cahaya, ya Allah berikanlah kepadaku cahaya". [Hadits Riwayat : Muslim dan Abu Dawud]</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Keterangan :</div><div style="text-align: justify;">[1]. Hadits ini diriwayatkan dari jalan Ibnu Abbas yang menerangkan tentang shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam diwaktu malam (shalat lail). </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">[2]. Hadits ini menyatakan : Disukai kita mengucapkan do'a di atas di waktu pergi ke Masjid.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Periksa : Tuhfatudz Dzakirin halaman : 93, Imam Syaukani. Al-Adzkar halaman : 25, Imam Nawawi. Fat-hul Bari' 11 : 116, Ibnu Hajar. Aunul Ma'bud (Syarah Abu Dawud) 4 : 232. Syarah Shahih Muslim 5 : 51, Imam Nawawi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i><b>Hadits Keempat</b></i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Artinya : Dari Abi Humaid atau dari Abi Usaid, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Apabila salah seorang kamu masuk masjid, maka ucapkanlah : "ALLAHUMMAF TAHLII ABWAABA RAHMATIKA (Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu)". Dan apabila keluar (dari masjid), maka ucapkanlah : "ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA MIN FADLIKA (Ya Allah, sesungguhnya aku minta kepada-Mu dari karunia-Mu) ".[Hadits Shahih Riwayat : Muslim, Ahmad dan Nasa'i].</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hadits ini menyatakan : Disunatkan kita mengucapkan do'a di atas apabila masuk ke masjid dan keluar dari masjid.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Periksa : Shahih Muslim 2 : 155. Sunan Nasa'i 2: 41. Fat-hur Rabbani 3 : 51,52 Nomor hadits 314. Al-Adzkar hal : 25.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i><b>Hadits Kelima</b></i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Artinya :Dari Abdullah bin Amr bin Ash dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallm, apabila masuk masjid, beliau mengucapkan : "AUDZU BILLAAHIL 'AZHIIMI WABI WAJHIHIL KARIIMI WA SULTHAANIL QADIIMI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM" (Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung dan dengan wajah-Nya yang Mulia serta kekuasaan-Nya yang tiada yang mendahuluinya, dari (gangguan) setan yang terkutuk)". Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : Apabila ia mengucapkan demikian (do'a di atas), setan pun berkata : Dipelihara ia dari padaku sisa harinya" [Hadits Shaih Riwayat Abu Dawud]</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hadits ini menyatakan : Disunatkan kita membaca do'a mohon perlindungan kepada Allah dari gangguan setan apabila memasuki masjid.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Periksa : Sunan Abu Dawud Nomor hadits : 466, Aunul Ma'bud Nomor hadits : 462. Minhalul 'Adzbul Mauruud (Syarah Abu Dawud) 4 : 75, Tuhfatudz Dzakrin halman 94, Al-Kalimut Thayyib halaman 51,52, Ibnu Taimiyah. Al-Adzkar halman 26. Tafsir Ibnu Katsir 3 :294.</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1788887275176041764.post-14231846432224812572011-06-10T08:02:00.000+07:002011-07-01T04:29:42.010+07:00TIGA KARAKTERISTIK MANUSIA<div style="text-align: justify;">Dalam kehidupan ini manusia dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">1. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Islamiah</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ia adalah orang yang rajin beribadah dan rajin ke masjid. Orang yang seperti ini harus dinomor satukan, karena mereka lebih dekat dengan dakwah kita, sehingga tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan untuk mengajak mereka pun tidak banyak kesulitan, insya Allah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">2. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak asasiyah</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ia adalah orang yang tidak taat beragama, tetapi tidak ingin terang-terangan dalam berbuat maksiat karena ia masih menghormati harga dirinya. Orang-orang semacam ini menempati urutan kedua.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">3. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Jahiliah</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ia adalah orang yang bukan dari golongan pertama atau kedua. Dialah orang yang tidak peduli terhadap orang lain, sedang orang lain mencibir karena perbuatan dan sifatnya yang jelek. Bersabda, "Sesungguhnya sejelek-jelek tempat manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan (dijauhi) masyarakatnya karena takut dengan keburukannya." (HR. Bukhari dan Muslim)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Golongan inilah yang disebut dalam sabda Rasulullah saw sebagai: "Sejelek-jelek teman bergaul". (HR. Muslim)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Orang-orang semacam ini menempati urutan terakhir dalam prioritas dakwah fardiyah. Ada seseorang berdin di bawah pohon apel yang sedang berbuah lebat. Jika ia ingin memetik, ia terlebih dulu memetik buah yang dapat dijangkau dengan tangannya. Jika sudah habis, dan tinggal yang paling atas, maka jika dapat dijangkau buah itu akan dipetik dan kalau tidak, buah tersebut tidak akan dapat dipetik. Bukan berarti seorang da'i harus tetap berpegang dan terikat dengan urutan ini, karena kadangkala keadaan bisa mengubah pandangannya dalam hal ini-dengan izin Allah-seperti yang terjadi pada Umar bin Khathab ra., Khalid bin Wahd ra., Amr bin Ash ra. , dan lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ada seseorang yang pergi ke pantai untuk memancing ikan dengan membawa peralatan pancing. Menurut pengalamannya, dengan peralatan yang ia bawa itu hanya akan mendapatkan ikan-ikan kecil. Tetapi pada saat itu ia terkejut karena mendapatkan ikan yang besar. **</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tatkala seorang da'i melihat beberapa pemuda - yang wajah mereka menyiratkan ketaatan-maka ia berkeinginan untuk berkenalan dan mengajak mereka ke jalan dakwah. Yang perlu diperhatikan adalah dalam mendekati mereka dibutuhkan langkah yang cermat, karena biasanya pemuda-pemuda ini memiliki seseorang yang, mereka segan dan hormati. Jika seorang da'i dapat mendekati orang tersebut, sangat dimungkinkan pemuda-pemuda itu mengikuti dakwah kita. Namun jika pendekatan ini tidak berhasil, sebagai da'i, ia tidak dapat putus asa. Ia harus mendekati salah satu pemuda-di antara pemuda-pemuda tadi-yang pemahamannya terhadap dakwah islamiah lebih mantap, bergaul dengannya - dan juga yang lain-dengan sabar dan penuh kasih sayang tanpa menyinggung permasalahan yang dapat menyebabkan hubungan itu terganggu. Jika-dengan izin Allah-pemuda itu mau menerima ajakan kita, ini akan sangat membantu usaha kita untuk mengajak teman-temannya yang lain.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pendekatan itu harus dilakukan dengan lemah lembut. Kita harus menyadari bahwa kita tidak diwajibkan untuk memastikan mereka semua menerima ajakan kita, namun jika mereka semua menerima ajakan kita, itu adalah rahmat dari Allah. Hanya Dialah yang berhak memberikan hidayah. Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah-lah yang memberi hidayah kepada yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (Al-Qashash: 56)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ayat ini menjelaskan bahwa walaupun kita memberikan segenap hati kita untuk mengajak mad'u kita, tetapi hanya Allah-lah yang berhak membolak-balikkan hati orang tersebut. Seorang tukang roti berdiri di depan open (tempat pembakaran roti), sambil memasukkan potongan-potongan roti ke dalamnya. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengeluarkan roti yang sudah matang dan membolak-balikkan yang belum matang. Setiap kali ada roti yang sudah matang, ia akan mengeluarkannya. Bisa dipastikan bahwa ada beberapa potong roti yang jatuh ke dalam api dan terbakar. Inilah kondisi da'i tatkala berdakwah di masyarakat; ia memberi sekaligus menerima (give and take). Suatu saat ia mendekat dan pada saat yang lain ia menjauh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ia akan memberi kepada setiap orang sebagaimana seorang dokter yang memberikan obat dengan berlaku sabar. Setelah selang beberapa waktu, di antara mereka sudah ada yang disinari oleh cahaya iman (inilah roti yang telah matang), ada yang menyambut ajakan tersebut karena perasaan takut, ada yang menyambut ajakan tersebut karena malu, ada yang bersikap angin-anginan, ada pula yang menjauh, dan bahkan ada yang terjadi tidak baik terhadap sang da'i. Untuk menghadapi mereka itu, kita tidak bisa putus asa, tetapi harus terus berusaha sehingga yang ditunggu-tunggu dapat dipetik, disertai doa agar Allah membukakan hati mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Adapun da'i yang menghabiskan waktunya hanya untuk satu orang dengan harapan agar orang tersebut mau menerima ajakannya adalah tidak benar. Orang tersebut akan merasa bahwa dirinya diajak dengan cara yang sangat berlebihan, sehingga ia akan berprasangka buruk, dan bisa jadi ia akan lari dari ajakan itu, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah. Metode yang harus kita perhatikan adalah: "Ambillah yang mudah dan tinggalkan yang sulit, jika ada yang mudah".</div>Ust. Ahmad Zainuddin, HMAhttp://www.blogger.com/profile/15412980385879661830noreply@blogger.com0